Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona, Siapa Penyebar Pertama dan Mengapa Dia Penting untuk Ditemukan

Kompas.com - 22/02/2020, 16:44 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Hipotesis bahwa wabah berawal dari pasar tersebut dan mungkin ditularkan dari binatang hidup ke manusia sebelum menyebar dari manusia ke manusia sangat mungkin diterima, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Kisah Korban Selamat Virus Corona (1): Badan Saya Mulai Hangat, Saya Panik

Jadi, apakah satu orang bisa memicu wabah besar?

Pada 2014 hingga 2016 terjadi wabah Ebola di kawasan di Afrika Barat, wabah terbesar penyakit ini sejak pertama kali ditemukan pada 1976.

Catatan WHO menunjukkan bahwa penyakit ini membunuh lebih dari 11.000 dengan angka kasus mencapai 28.000.

Wabah berlangsung selama lebih dari dua tahun dan menyebar ke 10 negara, sebagian besar di Afrika, namun juga ditemukan di Amerika Serikat, Spanyol, Inggris dan Spanyol.

Para saintis menyimpulkan bahwa wabah ini berawal dari satu anak di Guinea.

Mereka mengatakan anak ini mungkin terkena Ebola saat bermain di pohon yang juga menjadi rumah koloni kelelawar.

Para ilmuwan ini melakukan ekspedisi ke desa tempat anak ini tinggal, mengambil sampel dan berbicara dengan warga setempat untuk mengetahui sumber wabah.

Hasil penelusuran ini diterbitkan di jurnal EMBO Molecular Medicine.

Baca juga: Kisah Korban Selamat Virus Corona (2): Ingin Berterima Kasih Dapat Hidup Kedua

Siapa pasien nol pertama yang dikenal dalam sejarah?

Sebutan pasien nol mungkin pertama kali diberikan kepada warga New York bernama Marry Mallon.

Ia kemudian lebih dikenal dengan sebutan Typhoid Mary karena menyebabkan wabah demam tifus di New York pada 1906.

Ia berawal dari Irlandia dan pindah ke Amerika dengan bekerja di keluarga kaya sebagai tukang masak.

Di mana pun ia bekerja, selalu saja ada anggota keluarga yang mengalami demam tifus.

Para dokter menggambarkan Mallon sebagai orang yang sehat.

Baca juga: Kasus Infeksi Baru Virus Corona di China Menurun di Saat Kasus Internasional Meningkat

Ia menularkan penyakit namun ia sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda mengidap tifus.

Ada bukti bahwa orang punya "kemampuan yang berbeda dalam menyebarkan virus" dan Mary Mallon masuk dalam kategori orang yang "efektif menularkan penyakit" membuatnya mendapat predikat super-spreader atau "si penyebar super".

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com