Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2020, 11:55 WIB
Miranti Kencana Wirawan,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KABUL, KOMPAS.com - Perjanjian damai antara AS dengan Taliban menampakkan titik cerah, di mana Presiden Donald Trump menyebut kesepakatan itu "semakin dekat".

Meski demikian, masih belum jelas apakah perjanjian tersebut meliputi jeda terbatas dalam permusuhan yang disepakati dengan milisi pemberontak itu, atau sesuatu yang lebih luas.

"Saya pikir kami semakin dekat. Saya pikir ada peluang bagus kami mencapai kesepakatan. Akan kami lihat," ujar Trump dalam wawancara radio Kamis (13/2/2020).

Baca juga: Taliban Kirim Ultimatum kepada AS, Apa Isinya?

Diberitakan AFP, presiden berusia 73 tahun itu menuturkan bahwa perjanjian damai dengan Taliban bisa diketahui hasilnya dalam dua pekan mendatang.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Mark Esper menerangkan bahwa Washington menegosiasikan proposal pengurangan kekerasan di Afghanistan dalam tujuh hari ke depan.

Diberitakan Al Jazeera, Esper mengatakan bahwa solusi terbai, jika bukan satu-satunya, yang dipunyai oleh Kabul adalah kesepakatan politik.

"Perkembangan bagus tengah dicapai pada tahap ini. Banyak yang harus kami laporkan saat ini, saya harap," paparnya kepada awak media di Brussels, Belgia.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menyebutnya sebagai "suatu terobosan penting", di mana dia berharap adanya realisasi dari proposal tersebut.

"Kami butuh realisasi di lapangan, bukan sekadar di atas kertas," jelas mantan Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) itu dikutip BBC.

Baca juga: Tukar Tawanan, Taliban Bebaskan 2 Profesor Asal AS dan Australia

Jika pengurangan kekerasan bisa terealisasikan, Pompeo yakin diskusi terkait perdamaian dan rekonsiliasi di Afghanistan bisa terjadi.

Menanggapi hal tersebut, pihak Taliban sebagaimana diberitakan melalui AFP akan melakukan pengurangan aksi kekerasan di Afghanistan terhitung mulai hari Jumat (14/2/2020).

Sebanyak 13.000 tentara AS masih ditempatkan di Afghanistan sejak intervensi yang dilakukan pada 2001 silam.

Pada Desember 2018, kelompok yang pernah menguasai Afghanistan pada 1996 sampai 2001 itu menyerukan kepada Washington bahwa siap menempuh jalan damai.

Namun, para milisi tersebut menolak untuk berdiskusi dengan pemerintah Afghanistan, yang mereka anggap sebagai "bonekanya" AS.

Baca juga: Seorang Warga AS Diculik oleh Taliban di Afghanistan

Dibutuhkan setidaknya sembilan ronde pertemuan AS dengan Taliban di Qatar, di mana Trump dilaporkan hendak memimpin negosiasi rahasia fasilitas kepresidenan Camp David.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com