Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Mulus, AS Bakal Tanda Tangani Kesepakatan dengan Taliban pada 29 Februari

Kompas.com - 22/02/2020, 10:38 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC,AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - AS melalui Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyatakan, masa "pengurangan kekerasan" tujuh hari dengan Taliban sudah dimulai.

Jika mulus terlewati, Pompeo menyatakan bahwa mereka akan bersiap untuk menandatangani fase pertama kesepakatan pada 29 Februari mendatang.

Kesepakatan ini akan menjadi momen bersejarah yang bertujuan untuk mengakhiri konflik yang hampir mendekati dua dekade tersebut.

Baca juga: Trump: Perjanjian Damai dengan Taliban Semakin Dekat

Masa "pengurangan kekerasan" selama sepekan terjadi setelah lebih dari setahun negosiasi yang dilakukan antara perwakilan AS dan Taliban.

"Ini merupakan langkah terpenting dalam sebuah jalan panjang perdamaian," jelas Menlu Pompeo seperti diberitakan BBC, Jumat (21/2/2020).

Dalam pernyataannya, kelompok pemberontak Afghanistan itu menuturkan, mereka bakal menciptakan situasi keamanan sekondusif mungkin jelang penandatanganan.

Mereka berharap jika sukses, perjanjian itu bakal membawa landasan perdamaian ke seluruh Afghanistan yang dimulai dari penarikan seluruh pasukan asing.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyambut baik langkah ini, dan menuturkan bahwa bola kini ada di tangan Taliban untuk menurunkan ketegangan dan kekerasan.

"Ini adalah momen kritis bagi keinginan Taliban untuk menurunkan kekerasan, mempunyai niat baik untuk berkontribusi terhadap perdamaian," terangnya.

Baca juga: Ditahan Taliban 3 Tahun, Timothy Weeks Tak Pernah Berhenti Berharap

Sementara pemerintahan Afghanistan, yang sempat disibukkan dengan polemik hasil pemilu September, tidak dilibatkan dalam tim negosiasi.

Pompeo mengatakan, negosiasi internal negara itu bakal berlangsung setelah 29 Februari, dengan kemungkinan mengambil tempat di Doha, dilansir AFP.

Berdasarkan gencatan senjata yang disepakati selama satu pekan, tidak akan ada baku tembak antara pemberontak dengan AS maupun Kabul.

Koresponden BBC Afghanistan, Secunder Kermani berujar bahwa gencatan senjata ini akan dimanfaatkan petinggi Taliban untuk menunjukkan mereka bisa mengontrol anak buahnya.

Langkah tersebut juga berpeluang membuka jalan untuk perundingan di antara Taliban dengan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani.

Baca juga: Taliban Kirim Ultimatum kepada AS, Apa Isinya?

Selain itu, momentum ini bisa membuat Presiden Donald Trump selangkah lebih dekat memenuhi janji kampanyenya pada 2016, yakni mengakhiri perang di Afghanistan.

Konflik di Afghanistan dimulai ketika Washington membentuk koalisi internasional dan menyerang pada 2001, setelah Taliban menolak menyerahkan Osama bin Laden.

Serangan tersebut memukul mundur kelompok itu, yang kemudian berubah menjadi pemberontak dan melancarkan serangkaian aksi mematikan.

Koalisi internasional kemudian membubarkan pada 2014, di mana sebagian personel tinggal untuk melatih tentara Afghanistan.

Namun, Negeri "Uncle Sam" disebut masih bertahan, tetap menggelar operasi militer termasuk di antaranya adalah serangan udara.

Baca juga: Seorang Warga AS Diculik oleh Taliban di Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com