Menanggapi hal tersebut, pihak Taliban sebagaimana diberitakan melalui AFP akan melakukan pengurangan aksi kekerasan di Afghanistan terhitung mulai hari Jumat (14/2/2020).
Sebanyak 13.000 tentara AS masih ditempatkan di Afghanistan sejak intervensi yang dilakukan pada 2001 silam.
Pada Desember 2018, kelompok yang pernah menguasai Afghanistan pada 1996 sampai 2001 itu menyerukan kepada Washington bahwa siap menempuh jalan damai.
Namun, para milisi tersebut menolak untuk berdiskusi dengan pemerintah Afghanistan, yang mereka anggap sebagai "bonekanya" AS.
Baca juga: Seorang Warga AS Diculik oleh Taliban di Afghanistan
Dibutuhkan setidaknya sembilan ronde pertemuan AS dengan Taliban di Qatar, di mana Trump dilaporkan hendak memimpin negosiasi rahasia fasilitas kepresidenan Camp David.
Selain itu, terdapat persetujuan Pentagon bakal menarik mundur setidaknya 5.400 serdadu selama 20 pekan pada September lalu.
Namun, buntut serangan bom di Kabul, di mana korban tewas adalah tentara AS, sang presiden membatalkan pertemuan tersebut secara mendadak.
"Mereka sudah mati. Sejauh yang saya tahu, (perundingan damai) itu sudah mati," kata presiden dari Partai Republik itu pada September 2019.
Sejak itu, negosiasi dua pihak belum menemukan titik temu. Taliban memperingatkan AS kelak negara adidaya itu akan "kehilangan banyak" dengan membatalkan perjanjian.
Trump mengumumkan semakin dekatnya kesepakatan damai setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, menyatakan adanya kemajuan dalam perundingan.
Baca juga: Ditahan Taliban 3 Tahun, Timothy Weeks Tak Pernah Berhenti Berharap
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.