QAMISHLI, KOMPAS.com - Otoritas Kurdi mengumumkan, mereka memutuskan menjalin aliansi dengan Suriah demi menghadapi agresi Turki dan pemberontak yang didukungnya.
Pengumuman itu menyusul keputusan mengejutkan Amerika Serikat (AS) dengan menarik 1.000 tentara dengan pertimbangan "situasi tak bisa dipertahankan" di kawasan.
"Kesepakatan telah dicapai dengan pemerintah Suriah dalam rangka mencegah dan menghadapi agresi ini," jelas Kurdi dilansir AFP Minggu (13/10/2019).
Baca juga: PBB: Serangan Militer Turki ke Suriah Bisa Dorong 400.000 Warga Mengungsi
Selain menangkal masuknya Turki dan kelompok pemberontak yang didukungnya, langkah itu dibuat demi membebaskan wilayah lain seperti Afrin.
Nantinya, Damaskus bakal mengirimkan pasukan untuk menyokong Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dengan Kurdi sebagai tulang punggungnya.
Ketua SDF Mazloum Abdi kepada Foreign Policy mengatakan, terdapat kompromi getir antara mereka dengan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Dalam tulisannya seperti dikutip BBC, Abdi mengungkapkan bagaimana Kurdi tidak percaya dengan janji Assad maupun sekutunya, Rusia.
"Malah sejujurnya, sulit bagi kami percaya siapa pun. Namun jika diminta memilih antara kompromi dengan genosida rakyat kami, saya jelas memilih hidup rakyat," kata Abdi.
Dia melanjutkan, keputusan Presiden AS Donald Trump menarik pasukan dari Suriah diibaratkan sebagai "menusuk dari belakang".
Melalui Menteri Pertahanan Mark Esper, Washington menarik 1.000 tentara setelah melihat Turki sudah masuk terlalu jauh ke Suriah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.