KABUL, KOMPAS.com - Serangan bom yang menargetkan sebuah pusat distrik di Afghanistan telah menewaskan sedikitnya 19 orang, termasuk delapan pekerja pemilu dan 11 petugas keamanan.
Serangan itu terjadi saat putaran baru pembicaraan perdamaian tengah digelar di Qatar, antara Amerika Serikat dengan Taliban, untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 18 tahun di Afghanistan.
Serangan yang diklaim dilancarkan kelompok Taliban itu dilakukan dengan menabrakkan empat kendaraan lapis baja yang penuh dengan bahan peledak ke sebuah kompleks pemerintah di distrik Maruf, pada Sabtu (29/6/2019) malam.
"Akibat serangan itu, sebanyak 11 petugas polisi tewas dan 27 lainnya mengalami cedera," kata Qasim Afghan, juru bicara kepolisian di provinsi Kandahar selatan, kepada AFP, Minggu (30/6/2019).
Baca juga: Pejabat Senior Taliban: Para Pemberontak Tetap Ingin Perdamaian
Sebanyak delapan pekerja pemilu yang tengah ditugaskan di pusat distrik untuk mendata pemilih menjelang pemilu presiden juga dilaporkan tewas dalam serangan. Demikian disampaikan juru bicara Komisi Pemilihan Independen (IEC) Afghanistan, Zabiullah Sadaat.
Pemilihan presiden Afghanistan telah dua kali mengalami penundaaan dari yang seharusnya digelar pada 28 September tahun lalu.
Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, dengan salah seorang juru bicara menyampaikan dalam twitnya bahwa serangan itu telah menewaskan 57 pasukan keamanan.
Namun pihak Kementerian Dalam Negeri Afghanistan membantah klaim itu dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemberontak dapat dipukul mundur setelah menewaskan 25 anggota mereka.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk serangan itu dan menyebutnya tindakan "biadab dan tidak termaafkan".
Serangan itu menjadi yang kesekian kalinya dari gelombang serangan yang tidak ada henti-hentinya dilancarkan Taliban.
Baca juga: Taliban Kirim Bom Mobil ke Kantor Organisasi Bantuan AS di Kabul
Taliban telah memegang kekuasaan di sekitar separuh wilayah Afghanistan dan secara teratur masih terus melancarkan serangan yang menargetkan aparat pemerintahan.
Serangan juga dilancarkan di provinsi Baghlan, pada Sabtu (29/6/2019), menewaskan setidaknya 25 anggota milisi pro-pemerintah.
Rangkaian kekerasan itu terjadi di tengah upaya yang ditingkatkan dari AS untuk mencapai akhir negosiasi untuk perang terpanjang Amerika, dengan Washington dan Taliban kembali membuka negosiasi baru di Doha akhir pekan ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.