Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/06/2018, 17:50 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber Sky News

DAMASKUS, KOMPAS.com - Presiden Suriah Bashar Al Assad menuding Inggris dan Amerika Serikat sebagai pihak yang bertanggung jawab atas perang sipil di Suriah yang berkepanjangan.

Dilansir dari Sky News, Minggu (10/6/2018), Assad juga menuduh Inggris berada di balik serangan kimia di Douma pada April lalu untuk mendukung kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Sementara, organisasi relawan Helm Putih mengklaim, militer Suriah telah menjatuhkan bom berisi klorin dari helikopter.

Baca juga: Pasukan Turki dan AS Siap Gelar Patroli Gabungan di Suriah Utara

Assad menyalahkan Inggris, AS, dan kekuatan Barat lainnya atas konflik selama 7 tahun di Suriah. Dia meminta agar pihak Barat segera keluar dari negara itu.

"Saya selalu mengatakan bahwa dalam waktu kurang dari satu tahun, kami dapat menyelesaikan konflik ini, itu tidak rumit," katanya.

"Apa yang membuatnya rumit adalah gangguan eksternal. Semakin kita maju, semakin banyak dukungan teroris dari Barat," imbuhnya.

Untuk pertama kalinya dalam konflik selama ini, pasukannya berhasil memegang kendali penuh atas ibu kota Suriah. Anggota pemberontak dan ISIS telah diusir.

Baca juga: Serangan Udara Diduga dari Rusia Tewaskan 38 Warga Sipil Suriah

"Jadi kami pikir semakin banyak kemajuan yang kami buat secara politik dan militer, semakin banyak (campur tangan) Barat, terutama AS, Inggris dan Perancis," ujarnya.

"(AS, Inggris, dan Perancis) mencoba untuk memperpanjangnya (konflik) dan membuat solusi menjauhi dari rakyat Suriah," kata Assad.

Di sisi lain, Suriah telah berulang kali dituduh menggunakan senjata kimia. Namun, pemerintah Suriah membantah tudingan bahwa pasukannya menggunakan senjata kimia dalam serangan di Douma.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Sky News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com