ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa ancaman sanksi maupun embargo senjata tidak akan mampu menghentikan operasi militer Turki terhadap Kurdi di Suriah.
Pernyataan itu disampaikan Erdogan menanggapi keputusan sejumlah negara yang mengatakan menangguhkan pengiriman senjata mereka ke Turki karena operasi militer yang dilancarkan Ankara.
"Setelah kami meluncurkan operasi (militer) kami, kami menghadapi berbagai ancaman seperti sanksi ekonomi hingga embargo penjualan senjata."
"Mereka yang berpikir bahwa mereka dapat membuat Turki membatalkan serangan militer dengan ancaman seperti itu sangat keliru," ujar Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi.
Baca juga: Perancis dan Jerman Tangguhkan Ekspor Senjata ke Turki
Sebelumnya diberitakan, Perancis dan Jerman pada Sabtu (12/10/2019) telah memutuskan untuk menangguhkan ekspor senjata mereka ke Turki atas serangan yang dilancarkan militer negara itu terhadap Kurdi di Suriah.
Turki melancarkan serangan lintas perbatasan terhadap pejuang Kurdi yang menjadi bagian dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang dipandang oleh Ankara sebagai teroris.
YPG telah menjadi tulang punggung Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan menjadi sekutu utama dalam operasi yang dipimpin AS melawan kelompok ISIS di Suriah.
Meski demikian, Ankara menganggap YPG sebagai perpanjangan dari teroris pemberontak Kurdi yang telah berperang melawan Turki selama tiga dekade.
Baca juga: Pasukan Turki Klaim Merebut Kota Suriah, Kurdi Membantah
Sebelumnya diberitakan, Perancis telah menangguhkan seluruh rencana ekspor mereka ke Turki yang berpotensi digunakan sebagai "bahan perang" mereka ke Suriah.
Pernyataan dari Paris itu muncul hanya beberapa jam setelah Jerman, sebagai salah satu pemasok utama senjata Turki, juga mengatakan akan menangguhkan ekspor.
Finlandia, Norwegia, dan Belanda juga telah mengumumkan bahwa mereka menghentikan ekspor senjata ke Turki.
Sementara Erdogan mengatakan, pihaknya telah berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel melalui telepon pada Rabu (9/10/2019) dan membahas tentang embargo senjata.
"Saya mengatakan kepadanya untuk menjelaskan kepada saya. Apakah kita benar-benar sekutu di jantung NATO, atau apakah kelompok teroris (YPG) diterima di NATO tanpa saya diberitahu?" kata Erdogan.
Baca juga: PBB: Serangan Militer Turki ke Suriah Bisa Dorong 400.000 Warga Mengungsi
Erdogan dalam pidatonya juga menolak dengan tegas gagasan mediasi antara Turki dengan YPG.
"Kapan Anda melihat negara bisa duduk satu meja dengan kelompok teror?" ujarnya.
Erdogan mengatakan, militer Turki dan proksinya di Suriah kini telah menguasai kota perbatasan Ras al-Ain, sementara Tal Abyad dikepung dari dua arah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.