Jaringan ini juga mengambil keuntungan dari buruknya pengawasan pemerintah Pakistan.
Misalnya, setidaknya lima pedagang manusia asal China bisa masuk ke Pakistan dengan visa bisnis berdasarkan perusahaan yang tidak pernah ada.
Operasi pembebasan Natasha
Sementara itu di Faisalabad, Farooq Masih, tak ada hubungan keluarga dengan Natasha, membentuk sebuah kelompok untuk membantu gadis itu.
Farooq mengatakan, mereka kini berpikir keras bagaimana cara menyelamatkan Natasha.
Ide muncul ketika salah seorang anggota kelompok mengatakan adik laki-lakinya sedang kuliah di China.
Baca juga: Myanmar Masuk Daftar Hitam Perdagangan Manusia
Adik itu setuju untuk menghubungi suami Natasha berpura-pura sebagai seorang klien agar mendapat akses menemui Natasha.
Mahasiswa itu kemudian mengirim pesan singkat kepada Natasha dan mengatakan dia akan datang untuk menyelamatkannya.
Dia meminta rincian jadwal kedatangan dan kepergian suami Natasha dari hotel itu.
Akhirnya, hari penentuan tiba. Mahasiswa itu menghubungi Natasha dan memintanya keluar dari hotel ke sebuah lokasi tempat dia sudah menunggu di dalam taksi.
"Saya melihatnya dan langsung mendatangninya di taksi. Saya tak menanyakan namaya. Saya tak menanyakan apapun. Saya hanya mengucapkan terima kasih kepadanya," kenang Natasha.
Sejak sukses memulangkan Natasha, Farooq Masih dan sejumlah pria di gereja itu mendedikasikan diri mereka untuk membongkar jaringan perdagangan manusia.
Belum lama ini, Farooq dan kawan-kawannya melakukan operasi sendiri di Faisalabad.
Mereka memnbuat sebuah pesta pernikahan palsu untuk seorang pria China yang menuntun aparat keamanan Pakistan ke para makelar China dan Pakistan.
Di sisi lain, Natasha yang genap berusia 20 tahun pekan lalu, kini membantu para gadis untuk berani membuka diri dan memberi kesaksian kepada polisi.
Natasha mendengar, mantan suaminya kembali ke Pakistan untuk mencari gadis lain yang akan dia "nikahi".
Baca juga: 1 dari 6 PRT di Hongkong Korban Kerja Paksa dan Perdagangan Manusia
"Saya beruntung," kata Natasha.
"Banyak gadis yang dibawa ke China masih menjalani hidup menderita," lanjut dia.
"Kini saya memahami apa itu kebebasan dan apa itu perbudakan. Di China, saya diperlakukan seperti budak," dia menegaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.