Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Para Perempuan Pakistan yang Dijual ke China

Kompas.com - 18/06/2019, 17:38 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Gulf News

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Awalnya meski dalam keputusasaa yang dalam, Natasha Masih tak bisa mengungkapkan apapun, saat menelepon sang ibu kandungnya di Pakistan.

Hal yang bisa dikatakan perempuan 19 tahun itu adalah suami barunya, seorang pria China, selalu menyiksanya.

Akhirnya, Natasha tak kuasa menahan gejolak di dalam dadanya dan akhirnya semua cerita tertumpah kepada ibunya. Dan, dia juga memohon agar ibunya membawa dia pulang ke Pakistan.

Sebab, selama beberapa pekan terakhir sang suami menyembunyikan Natasha di sebuah hotel di daerah terpencil China.

Baca juga: Washington: China Pelaku Perdagangan Manusia Terburuk di Dunia

Di sana, dia dipaksa berhubunugan seks dengan sejumlah pria lain.

"Saya membelimu di Pakistan. Jadi kau milikku. Kamu adalah propertiku," ujar Natasha menirukan sang suami.

Usai mendapatkan telepon dari putrinya, sang ibu langsung meminta tolong ke satu-satunya tempat yang dia kenal, sebuah gereja di kawasan padat Faisalabad, Pakistan.

Di sana, umat gereja berkumpul dan menyusun rencana untuk menyelamatkan Natasha yang terperangkap di sebuah lokasi 1.700 kilometer jauhnya dari mereka.

Natasha, hanya satu dari ratusan perempuan Pakistan yang dijual untuk menikahi pria Pakistan.

Mereka dijual karena kemiskinan memaksa keluarga memilih uang untuk bertahan hidup.

Sebagian besar perempuan Pakistan yang dijual ke China berasal dari komunitas Kristen yang miskin di negeri tersebut.

Investigasi polisi mengungkap, sebagian besar perempuan itu tidak dinikahi tetapi dijerumuskan ke dalam prostitusi di China.

Belakangan, Badan Investigasi Federal Pakistan berhasil membongkar sejumlah jaringan perdagangan manusia itu.

Kantor berita Associated Press berhasil berbicara dengan tujuh perempuan Pakistan yang dipaksa menjadi PSK, empat di antara mereka masih berada di China.

Sebelum berangkat ke China, keluarga korban dijanjikan bahwa para gadis itu akan dinikahkan dengan para pria kaya dan bakal menjalani hidup bahagia di China.

Mendapatkan janji semacam itu, para orangtua menganggap pernikahan ini, meski dipaksakan, mendatangkan keuntungan untuk kedua pihak.

Baca juga: Jenderal Thailand Dinyatakan Bersalah dalam Kasus Perdagangan Manusia

Para keluarga miskin mendapatkan uang yang cukup besar sementara para pria China bisa mendapatkan jodohnya.

Namun, aparat berwenang yakin, sebagian besar perempuan itu dibawa ke China dan dijual kembali untuk menjadi PSK.

"Para gadis itu mengaku disiksa (bahasa halus dari perkosaan dan prostitusi paksa). Mereka takut pada keluarga dan rasa jijik terhadap mereka. Ini perdagangan manusia," ujar seorang personel penegak hukum kepada Associated Press.

Bukti perdagangan manusia

"China membantah semua ini tetapi kami menunjukkan bukti," kata Saleem Iqbal, aktivis minoritas Kristen Pakistan yang membantu memulangkan para gadis itu.

Dia juga mengumpulkan berbagai bukti perdagangan manusia untuk diberikan kepada kepolisian.

Associated Press berhasil mewawancarai seorang gadis Pakistan yang masih berada di China. Dia bernama Arooj.

Dia mengatakan, sang suami selalu memukulinya dan selalu pulang ke rumah dalam keadaan mabuk bersama beberapa temannya.

Baca juga: Hediana Utarti, WNI Peraih Penghargaan Anti-Perdagangan Manusia di AS

Selanjutnya, ujar Arooj, pria itu memaksa dia untuk melakukan hubungan seks dengan teman-temannya.

Seperti banyak gadis lain, Arooj merasa tak yakin dia berada di China. Sesampainya di Beijing mereka biasanya dibawa kembali ke tempat lain di negeri itu.

Selanjutnya, mereka masih harus melakukan perjalanan darat berjam-jam ke kota-kota kecil, tanpa tahu tujuan akhirnya.

Sumaira, nama gadis lainnya, yang dijual ke seorang pria China oleh kakaknya sendiri mengatakan, dia terpaksa diam setelah berhasil kabur dari suaminya.

Dia bahkan tak berani bicara kepada polisi. Namun, kini dia berani bersaksi.

"Jika waktu itu saya membeberkan semua yang menimpa saja, mungkin saya bisa menyelamatkan banyak gadis Pakistan," kata dia.

"Namun, saya terlalu takut, takut terhadap kakak laki-laki saa. Kini saya ingin agar mereka yang melakukannya kepada saya tak melakukan hal sama kepada gadis lain," ujar Sumaira.

Ija Alam Augustine, menteri HAM dan minoritas provinsi Punjab memperkirakan, lebih dari 500 perempuan dijual ke China.

Sedangkan Iqbal memberikan angka 750-1.500 orang menjadi korban perdagangan manusia.

Pada awal Mei, polisi Pakistan melakukan operasi di ibu kota Punjab, Lahore dan ibu kota federal Islamabad.

Hasilnya, polisi  berhasil menangkap beberapa warga China dan rekanan mereka asal Pakistan yang menjadi makelar untuk mencari perempuan Pakistan.

Para tersangka kini sudah dijerat dakwaan melakukan perdagangan manusia.

Sejak operasi itu, polisi berhasil melakukan sejumlah penangkapan lain di beberapa kota kecil Punjab.

Dan, di kota Peshawar, polisi menggulung lebih banyak jaringan perdagangan manusia. Secara total, lebih dari 24 orang warga China dan belasan warga Pakistan ditahan.

Dua personel penegak hukum mengatakan, jaringan perdanganan manusia yang berbasis di Lahore sudah beroperasi selama setahun.

Jaringan itu dilindungi sejumlah polisi korup dan putra mantan perwira polisi yang menjadi penghubung antara komplotan China dan Pakistan.

Baca juga: Polri Tetapkan 4 Tersangka Kasus Wanita Indonesia Dijual ke China

Jaringan ini juga mengambil keuntungan dari buruknya pengawasan pemerintah Pakistan.

Misalnya, setidaknya lima pedagang manusia asal China bisa masuk ke Pakistan dengan visa bisnis berdasarkan perusahaan yang tidak pernah ada.

Operasi pembebasan Natasha

Sementara itu di Faisalabad, Farooq Masih, tak ada hubungan keluarga dengan Natasha, membentuk sebuah kelompok untuk membantu gadis itu.

Farooq mengatakan, mereka kini berpikir keras bagaimana cara menyelamatkan Natasha.

Ide muncul ketika salah seorang anggota kelompok mengatakan adik laki-lakinya sedang kuliah di China.

Baca juga: Myanmar Masuk Daftar Hitam Perdagangan Manusia

Adik itu setuju untuk menghubungi suami Natasha berpura-pura sebagai seorang klien agar mendapat akses menemui Natasha.

Mahasiswa itu kemudian mengirim pesan singkat kepada Natasha dan mengatakan dia akan datang untuk menyelamatkannya.

Dia meminta rincian jadwal kedatangan dan kepergian suami Natasha dari hotel itu.

Akhirnya, hari penentuan tiba. Mahasiswa itu menghubungi Natasha dan memintanya keluar dari hotel ke sebuah lokasi tempat dia sudah menunggu di dalam taksi.

"Saya melihatnya dan langsung mendatangninya di taksi. Saya tak menanyakan namaya. Saya tak menanyakan apapun. Saya hanya mengucapkan terima kasih kepadanya," kenang Natasha.

Sejak sukses memulangkan Natasha, Farooq Masih dan sejumlah pria di gereja itu mendedikasikan diri mereka untuk membongkar jaringan perdagangan manusia.

Belum lama ini, Farooq dan kawan-kawannya melakukan operasi sendiri di Faisalabad.

Mereka memnbuat sebuah pesta pernikahan palsu untuk seorang pria China yang menuntun aparat keamanan Pakistan ke para makelar China dan Pakistan.

Di sisi lain, Natasha yang genap berusia 20 tahun pekan lalu, kini membantu para gadis untuk berani membuka diri dan memberi kesaksian kepada polisi.

Natasha mendengar, mantan suaminya kembali ke Pakistan untuk mencari gadis lain yang akan dia "nikahi".

Baca juga: 1 dari 6 PRT di Hongkong Korban Kerja Paksa dan Perdagangan Manusia

"Saya beruntung," kata Natasha.

"Banyak gadis yang dibawa ke China masih menjalani hidup menderita," lanjut dia.

"Kini saya memahami apa itu kebebasan dan apa itu perbudakan. Di China, saya diperlakukan seperti budak," dia menegaskan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com