Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Myanmar Masuk Daftar Hitam Perdagangan Manusia

Kompas.com - 01/07/2016, 16:58 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Amerika Serikat, Kamis (30/6/2016), memasukkan Myanmar bersama tujuh negara lain ke dalam daftar hitam terkait perdagangan manusia.

Pemerintah Amerika Serikat mengatakan, Myanmar telah gagal mencegah dan memutus mata rantai perdagangan manusia di dunia.

Tujuh negara lain yang berada dalam level terburuk seperti Myanmar adalah Uzbekistan, Sudan, Haiti,  Turkmenistan, Djibouti, Papua Niugini, dan Suriname.

Para aktivis mengeritik AS karena Thailand, Malaysia, dan Filipina yang sebenarnya juga memiliki tingkat yang tinggi dalam rantai perdagangan manusia itu justru tidak masuk dalam daftar hitam.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyatakan keputusan peringkat dalam laporan ini tidak dipengaruhi oleh politik atau faktor lainnya.

"Ada beberapa keputusan yang sulit. Pada akhirnya, kami mencapai kata sepakat, karena kami memiliki seperangkat aturan tetap bahwa Kongres telah menetapkannya, dan kami mematuhi aturan," kata Menteri Luar Negeri AS, JohnKerry.

"Kesimpulan didasarkan pada fakta dan didasarkan pada banyak analisis selama setahun," katanya.

Tampaknya pemerintah baru Myanmar dan militer negara itu belum berbuat banyak dalam mencegah perdagangan manusi.

Myanmar diharapkan dapat  mencegah praktik tentara anak dan kerja paksa. Sejauh ini, Myanmar juga belum berhasil menghentikan kekerasan terhadap etnis minoritas  Rohingya.

Myanmar menyatakan sedih dan menyesalkan langkah AS yang menempatknya negara itu dalam daftar pelanggar perdagangan manusia terburuk di dunia.

"Kami sangat sedih bahwa kami dinilai belum membuat perubahan positif," kata juru bicara kepresidenan Zaw Htay.

"Dalam laporan mereka (AS), mereka tidak menyebutkan kemajuan dan perkembangan yang telah kami buat untuk negara kami," tambanya.

Kementerian Luar Negeri Myanmar mendesak AS untuk tidak memaksakan pembatasan yang akan menghambat hubungan AS dam Myanmar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com