Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2019, 12:53 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com - Presiden Suriah Bashar al-Assad memperingatkan Kurdi bahwa sekutu mereka, Amerika Serikat (AS), tak bakal memberi perlindungan dari serangan Turki.

Assad mengatakannya setelah AS bersiap untuk menarik pasukan setelah Kurdi mengepung pertahanan terakhir Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Baca juga: Sebut Assad Penjahat Perang, Qatar Menolak Perbaiki Hubungan dengan Suriah

Isu penarikan yang dihembuskan Presiden Donald Trump pada Desember 2018 lalu dikhawatirkan Kurdi karena mereka berpotensi diserang Turki.

"Saya memberi tahu setiap kelompok yang bersekutu dengan Amerika. Mereka (AS) tidak akan melindungi kalian," kata Assad dikutip AFP Minggu (17/2/2019).

"Mereka (AS) tidak menempatkan kalian di jiwa. Mereka memasukkan kalian di kantong mereka sebagai bagian dari alat penawaran," lanjutnya.

Selain memerangi ISIS, Kurdi Suriah tidak berpartisipasi dalam perang saudara, dan menjalankan pemerintahan semi-otonomi di wilayah timur laut.

Peluang penatikan pasukan AS membuat perwakilan Kurdi dilaporkan mencoba menjangkau Damaskus. Namun pembicaraan yang terjalin gagal mencapai kompromi.

"Jika Anda tidak mempersiapkan diri mempertahankan negara, Anda akan berakhir sebagai budak Ottoman," beber Assad menggunakan nama historis Turki.

Presiden yang berkuasa sejak Juli 2000 itu menegaskan, yang bisa melindungi Kurdi hanyalah pasukan pemerintah. "Tidak ada yang lain," tegasnya.

Kurdi yang jadi tulang punggung aliansi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) menggelar pertemuan untuk membahas relasi dengan Damaskus di masa depan.

SDF menekankan pemerintah Suriah untuk mengakui "status khusus" aliansi Arab-Kurdi, sekaligus pemerintahan semi-otonomi Kurdi.

SDF dalam keterangan tertulis juga menyatakan ingin menyelesaikan permasalahan dengan Turki melalui dialog sesuai dengan apa yang mereka yakini dan hormati.

Baca juga: Turki Ancam Serang Kurdi jika AS Tunda Pulangkan Pasukan dari Suriah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com