Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Turki: Bisakah Erdogan Dihentikan?

Kompas.com - 23/06/2018, 19:22 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

"Ince bisa terlihat sebagai pemenang kampanye ini. Sebab, dia bisa menyatukan kalangan konservatif dan sekuler," tutur Kirchner.

Posisi Erdogan untuk memantapkan kekuasaan juga dilanda kesulitan. Paling utama adalah ekonomi Turki yang merosot tajam.

Indikasinya adalah mata uang Turki, Lira, yang turun mengalami penurunan nilai hingga seperlima dalam enam bulan terakhir.

Baca juga: Gunakan Hak Pilihnya 2 Kali di Pemilu Turki, Wanita Ini Ditangkap

Kenyataan tersebut bertolak belakang dengan klaim Erdogan bahwa partainya bakal memberikan stabilitas dan kemakmuran bagi Turki.

Selain itu, Erdogan juga disorot karena memerangi kelompok Kurdi yang berada di Afrin, Suriah, hingga ke Irak karena dituduh sebagai teroris.

Meski banyak rapor merah yang mengiringi Erdogan, Stein meyakini mantan perdana menteri pada 2003-2014 itu bakal memenangkan pemilu.

Dia mencontohkan pada 2015, AKP memang kehilangan status mayoritas di parlemen. Namun, predikat itu kemudian direbut lagi pada pemilu sela kurang dari enam bulan berselang.

Kemudian setelah kudeta militer yang gagal di 2016, Erdogan melakukan konsolidasi kekuasaan dengan menangkapi rival politiknya.

Salah satu oposisi yang harus mendekam dari balik jeruji adalah Selahattin Demirtas, ketua Partai Demokratik Rakyat Kurdi (HDP).

Demirtas merupakan salah satu dari enam kandidat presiden, dan telah memulai kampanyenya dari dalam terali besi.

Kontrol terhadap media yang dilakukan Erdogan juga memberikannya keuntungan baik bagi AKP maupun untuk sekutunya.

Kondisi yang tidak menguntungkan tersebut membuat oposisi berinisiatif mengubah metode kampanye mereka dengan turun langsung ke jalan.

Al Jazeera mewartakan, kandidat dari Partai Iyi, Meral Aksener, menyapa para pendukungnya dan warga, serta menyuarakan janji politik secara langsung.

"Pemilu ini sudah dibuat berdasarkan desain Erdogan. Saya yakin dia bakal mendapat kekuasaan seperti yang dia inginkan," kata Ryan Gingeras, pakar dari Naval Postgraduate School.

Baca juga: Jelang Pemilu, Turki Tangkap 14 Orang Terduga Anggota ISIS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com