Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/02/2020, 20:01 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

ISTANBUL, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk "menyingkir dari jalan mereka".

Pernyataan itu diucapkannya di tengah ketegangan hubungan antara Turki dengan Suriah buntut konflik di antara dua negara di Idlib.

Karena ketegangan itu, kesepakatan antara Turki dengan Rusia yang diteken pada 2018 mengenai de-eskalasi ketegangan di Idlib terancam hancur.

Baca juga: Langkah Militer Erdogan di Suriah Bawa Mata Uang Lira Anjlok

Kepada para politisi di Istanbul, Erdogan menceritakan kembali percakapan teleponnya dengan Putin, seperti dikutip Russian Today Sabtu (29/2/2020).

Dalam percakapan teleponnya, presiden 66 tahun itu mengatakan Ankara tidak akan keberatan jika yang kepentingan Rusia adalah mendirikan pos militer di Suriah.

"Saya tanya kepada Tuan Putin. 'Apa kepentingan Anda di sana? Jika Anda hendak mendirikan pangkalan, silakan saja'," klaim Erdogan.

"Namun menyingkir dari jalan kami, dan biarkan kami berhadapan satu lawan satu dengan rezim (Suriah)," tegas mantan Perdana Menteri Turki itu.

Moskwa memutuskan mengintervensi konflik Suriah pada 2015, dengan memberikan bantuan bagi pemerintahan Presiden Bashar al-Assad melawan pemberontak.

Dalam pandangan Kremlin, membantu Assad akan menghindarkan kelompok "teroris" ini untuk menyerang negara lain, termasuk Rusia.

Erdogan melanjutkan, pemerintahannya kini menganggap pasukan Assad sebagai target sah untuk diserang, dan mengklaim 2.100 tentara Suriah tewas di Idlib.

Tidak diketahui kebenaran klaim sang presiden, maupun bukti apakah jumlah itu dilakukan tentaranya sendiri, atau dibantu pemberontak yang bersekutu dengan mereka.

Presiden yang berkuasa sejak 2003 tersebut menyatakan, memerangi Damaskus merupakan kebijakan yang diperlukan guna mencegah gelombang baru pengungsi ke Eropa.

Saat ini, Turki diketahui menampung sekitar 3,6 juta pengungsi Suriah, dan terancam menghadapi empat juta gelombang baru buntut konflik yang berlangsung di Idlib.

Dia berharap, komunitas internasional maupun blok pertahanan Atlantik Utara (NATO) bersedia membantunya dalam memerangi Assad.

Erdogan mengklaim bahwa pasukan Turki datang atas "undangan rakyat Suriah", seraya menekankan pihaknya tidak tertarik menduduki wilayah tersebut.

Baca juga: Lima Warga Turki Jadi Korban Tewas Penembakan Jerman, Erdogan Bereaksi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com