Dua negara ini melarang menteri-menteri Turki ambil bagian dalam kampanye referendum yang diperuntukkan bagi warga Turki yang tinggal dan bekerja di berbagai negara Eropa.
"Terkait dengan kebijakan luar negeri ini, Anda harus berpikir sebelum berbicara. Jika Anda memanfaatkan politik luar negeri untuk kepentingan di dalam negeri, negara akan merugi ... menurut saya krisis ini akan mendorong rakyat menolak rencana amandemen UUD," kata Aksener.
Untuk meraih dukungan pemilih yang belum mengambil keputusan, pemerintah melancarkan iklan besar-besaran, baik melalui baliho maupun di media nasional.
Hampir setiap hari Presiden Erdogan tampil di televisi meminta rakyat memberikan suara mendukung perubahan konstitusi.
Erdogan beralasan sistem presidensial diperlukan untuk membantu mewujudkan Turki yang lebih stabil.
Kubu yang tidak setuju sementara itu mengeluhkan situasi kompetisi yang mereka katakan "tidak seimbang".
Apakah ini artinya Meral Aksener mengaku kalah? "Tidak, saya akan mati-matian agar kubu yang menentang (rencana pemerintah) menang."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.