Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Kompas.com - 29/04/2024, 17:06 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber Aljazeera

APARTHEID merupakan sistem segregasi rasial yang secara diterapkan di Afrika Selatan dari tahun 1948 hingga awal 1990-an. Kebijakan ini didesain untuk mempertahankan dominasi orang kulit putih di negara yang mayoritas penduduknya berkulit hitam itu.

Sistem politik itu melibatkan pengklasifikasian penduduk berdasarkan ras, dan berdasarkan klasifikasi ini, akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan fasilitas publik seperti transportasi dan perumahan diatur secara ketat.

Proses untuk mengakhiri sistem apartheid dimulai pada awal 1990-an. Pembicaraan itu diinisiasi di tengah meningkatnya tekanan internasional dan kekerasan domestik yang eskalatif.

Pemilihan umum pada April 1994 menandai berakhirnya secara resmi era apartheid. Untuk pertama kalinya, semua warga Afrika Selatan, tanpa memandang ras, diberikan hak untuk memilih dalam pemilihan yang bebas dan adil. Nelson Mandela terpilih sebagai Presiden pertama Afrika Selatan pasca-apartheid, memimpin pemerintahan persatuan nasional yang juga melibatkan FW de Klerk sebagai salah satu Wakil Presiden.

Baca juga: 30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Sejak itu, secara hukum dan politik banyak hal berubah di Afrika Selatan, di mana masyarakat dari semua ras kini bebas dan setara di mata hukum. Siapa pun secara teknis dapat tinggal, bekerja, dan belajar di mana saja, dan orang bebas berinteraksi dan menikah tanpa membedakan warna kulit.

Warga kulit hitam Afrika Selatan telah memerintah secara demokratis melalui Partai African National Congress (ANC) selama 30 tahun terakhir, dibandingkan dengan masa apartheid ketika warga kulit hitam dilarang bahkan untuk memilih dalam pemlihan umum.

Namun, meskipun terdapat kemajuan yang signifikan, warisan apartheid masih tetap terasa secara ekonomi dan spasial atau ruang, yang menjadikan Afrika Selatan sebagai salah satu negara yang paling tidak setara di dunia.

Ekonomi

Meskipun perekonomian Afrika Selatan tumbuh sejak berakhirnya era apartheid dan sanksi internasional, rumah-rumah tangga warga kulit hitam di Afrika Selatan hanya menerima sebagian kecil dari pendapatan tersebut. Menurut data Bank Dunia, pada dekade pertama setelah apartheid, produk domestik bruto (PDB) Afrika Selatan yang dipimpin ANC meningkat dari 153 miliar dolar AS tahun 1994 menjadi 458 miliar dolar tahun 2011.

Namun menurut para peneliti Harvard, akibat korupsi dan inefisiensi pemerintah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat, dengan utang bruto meningkat dari 23,6 persen dari PDB pada tahun 2008 menjadi 71,1 persen pada tahun 2022.

Menurut para ahli itu, kualitas infrastruktur secara umum menurun, sebagian disebabkan oleh runtuhnya sistem ketenagalistrikan bertenaga batu bara yang menyediakan listrik murah untuk produksi. Hal itu memperburuk kesenjangan historis yang dihadapi komunitas kulit hitam.

“Seluruh jaringan tidak terawat sehingga sekarang kerusakan menyebar (bahkan) ke wilayah-wilayah yang tidak biasa terjadi,” kata Simpson dari Universitas Pretoria, merujuk pada pemadaman listrik dan aliran air yang macet yang sering terjadi terjadi di Afrika Selatan. “Hal ini pertama-tama berdampak pada masyarakat miskin,” tambah dia.

Tahun 2022, Bank Dunia mengklasifikasikan Afrika Selatan sebagai negara yang paling tidak setara di dunia, dan mencantumkan masalah rasial (warisan apartheid), ketiaadan kelas menengah, dan kepemilikan tanah yang sangat tidak setara, sebagai penyebab utamanya. Sekitar 10 persen penduduk menguasai 80 persen kekayaan, kata laporan tersebut.

Para peneliti dari Universidad de Vigo di Spanyol pada tahun 2014 menemukan bahwa pendapatan bulanan rata-rata rumah tangga warga berkulit hitam di Afrika Selatan adalah 10.554 rand (552 dolar), sementara rumah tangga orang kulit putih 117.249 rand (6.138 dolar).

Tahun 2017, sebuah survei pemerintah yang menelusuri pengeluaran rumah tangga juga senada dengan temuan tersebut, yang menyatakan bahwa hampir setengah dari seluruh rumah tangga warga berkulit hitam mengeluarkan uang paling sedikit, dan hanya 11 persen yang berada dalam kategori pengeluaran tertinggi.

Keterpurukan ekonomi telah menambah tekanan terhadap ANC, yang diperkirakan akan kehilangan suara mayoritas di parlemen pada pemilu Mei mendatang untuk pertama kalinya sejak tahun 1994. Simpson mengatakan, terdapat perbedaan yang semakin lebar antara pemilih tua yang menyaksikan perjuangan ANC untuk mengakhiri apartheid dan orang-orang muda yang tidak memiliki keterikatan dengan partai tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com