Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/02/2020, 15:55 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

HARARE, KOMPAS.com - Wanita usia 27 tahun yang telah kembali dari China ke Zimbabwe dan dikarantina sejak Selasa kemarin dinyatakan negatif dari infeksi virus corona.

Dilansir dari Africa News, Direktur Layanan Kesehatan Harare, Prosper Chonzi mengatakan bahwa wanita itu adalah guru di Wuhan, pusat penyebaran virus corona, namun ketika virus itu meruak, dia sedang berada di Guangzhou.

Namun, dia merasa ada gejala yang dianggap menyerupai infeksi virus corona. Dia kemudian diperiksa secara medis di China dan mendapatkan sertifikat bahwa dia negatif dari infeksi tersebut. 

Meski begitu, pemerintah Zimbabwe tetap mengisolasi wanita tersebut sebagai bentuk pencegahan.

Selama berada di karantina rumah sakit Wilkins di Harare, petugas medis memeriksa temperaturnya secara berkala dan memantau perkembangannya. Uji klinis kemudian berakhir di Klinik Pusat Sally Mugabe dengan hasil negatif.

Dr. Obadiah Moyo, Menteri Kesehatan dan Perlindungan Anak mengatakan, "Para ilmuwan kami telah mengatur uji kesehatan wanita terduga sakit virus corona dan hasilnya adalah negatif seperti yang otoritas China konfirmasikan."

Baca juga: Presiden Korea Selatan Naikkan Status Infeksi Virus Corona di Level Tertinggi

Dia menjelaskan bahwa tindakannya memonitor perkembangan kesehatan wanita itu selama 21 hari periode inkubasi merupakan protokol untuk melindungi warga negara Zimbabwe.

Penyebaran penyakit virus corona mendesak WHO untuk memperingatkan sistem kesehatan warga negara Afrika yang belum siap dalam menghadapi Covid-19.

Virus yang pertama kali meruak di Wuhan, provinsi Hubei, China pada penghujung 2019 ini telah mencapai lebih dari 76 ribu kasus dengan angka kasus terbesar di Daratan Utama China.

WHO Coba Peringati Negara-negara Afrika

Pihak WHO menegaskan bahwa meski pemerintah China telah memiliki sistem kesehatan yang kuat untuk mendeteksi dan mengontrol virus corona, dia mengkhawatirkan masuknya virus tersebut ke negara lain dengan sistem kesehatan yang lemah seperti negara-negara di Afrika.

Meski Mesir adalah satu-satunya negara di benua Afrika yang mengonfirmasi kasus infeksi virus Corona, WHO tetap memperingatkan adanya sistem kesehatan benua Afrika yang tidak diperlengkapi untuk mengatasi wabah besar merupakan suatu hal serius.

Baca juga: Kasus Infeksi Virus Corona di Korea Selatan dan Italia Melonjak, Begini Langkah Pemerintahnya

Wabah virus corona dianggap sangat potensial dan mendesak karena bisa menyerang kapan saja tanpa terdeteksi sebelumnya. Hal ini menuntut kerja sama antara Uni Afrika.

Direktur Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pentingnya alat-alat perawatan seperti mesin pernapasan dukungan karena kondisi pasokan alat tersebut sangat memprihatinkan di Afrika.

Lebih dari seluruh pemerintah Afrika secara publik telah melakukan pemeriksaan di beberapa titik masuk negara mereka seperti bandara. Pantai Gading, Kenya, Etiopia dan Republik Botswana melaporkan negatif kasus akan infeksi virus corona.

African Airlines juga telah membatalkan seluruh jadwal penerbangan ke China kecuali Ethiopian Airlines.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com