WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menyatakan, dia tidak masalah pihak mana pun membantu Kurdi Suriah dari Turki. Termasuk Napoleon Bonaparte.
Dalam kicauannya di Twitter, dia berujar telah menginstruksikan supaya pasukan ditarik dari Suriah setelah mengalahkan ISIS.
"Biarkan Suriah dan Assad (Bashar al-Assad, Presiden Suriah) melindungi Kurdi dan melawan Turki demi tanah mereka sendiri," kata Trump.
Baca juga: Minta Erdogan Hentikan Serangan ke Kurdi Suriah, AS Jatuhkan Sanksi atas 3 Menteri Turki
Dia menuturkan kepada jenderalnya bahwa dia tidak mempermasalahkan jika ada pihak mana pun yang bersedia melindungi Kurdi Suriah.
"Apakah itu Rusia, China, maupun Napoleon Bonaparte. Saya harap mereka melakukannya dengan baik. Kami 11.265 km jauhnya!" serunya.
....and Assad to protect the land of our enemy? Anyone who wants to assist Syria in protecting the Kurds is good with me, whether it is Russia, China, or Napoleon Bonaparte. I hope they all do great, we are 7,000 miles away!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) October 14, 2019
Napoleon Bonaparte merupakan pemimpin militer yang pengaruhnya menanjak sejak Revolusi Perancis, dan berkuasa sebagai kaisar 1804-1815.
Dia dianggap sebagai salah satu komandan terhebat di muka Bumi dengan perang maupun taktiknya banyak dipelajari di seluruh dunia.
Pernyataan Trump senada dengan Pentagon yang mengungkapkan prosedur penarikan personel dari utara Suriah sudah mulai dilaksanakan.
Dilansir AFP Senin (14/10/2019), mereka hanya menyisakan sekitar 150 dari 1.000 tentara untuk menghuni pangkalan Al Tanf di selatan.
"Kami sudah mengeksekusi prosedur ini," ujar salah seorang pejabat Pentagon yang enggan disebutkan namanya menyikapi perintah Trump.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sudah mengumumkan Operation Peace Spring untuk menggempur Kurdi Suriah Rabu pekan lalu (9/10/2019).
Baca juga: Trump Siap Hancurkan Ekonomi Turki jika Teruskan Serangan ke Kurdi Suriah
Trump pun menuai kritikan karena dianggap memberikan jalan bagi Erdogan dengan mengizinkan penarikan pasukan dari utara Suriah.
Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan, penarikan itu bertujuan Washington ingin menghindari konflik di antara kedua kubu.
Namun, Esper tak menjelaskan apakah mereka hanya sebatas ditarik dari markas mereka, ataukah dikeluarkan sepenuhnya dari Suriah.
Keputusan itu membuat Pasukan Demokratik Suriah (SDF), organisasi dengan Kurdi sebagai pimpinannya, meradang dan membuat kebijakan ekstrem.
Mereka mengumumkan aliansi dengan pasukan pemerintah Suriah, di mana komandan SDF Mazloum Abdi menyebut langkah itu terpaksa diambil.
Dalam tulisannya di majalah Foreign Policy, Abdi menyatakan dia sebenarnya tidak memercayai Damaskus maupun sekutunya, Rusia.
"Malah sejujurnya, sulit bagi kami percaya siapa pun. Namun jika diminta memilih antara kompromi dengan genosida rakyat kami, saya jelas memilih hidup rakyat," kata Abdi.
Abdi mengomentari keputusan Trump dengan menarik pasukan dari utara Suriah diibaratkannya sebagai "menusuk dari belakang".
Baca juga: Uni Eropa Kecam Invasi Militer Turki di Suriah, Tapi Tolak Jatuhkan Embargo Senjata
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.