Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser Wafat

Kompas.com - 28/09/2018, 12:59 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Celakanya Mesir tak punya cukup uang untuk membangun bendungan itu. Inggris dan Perancis tak mungkin dimintai bantuan.

Sementara mendekati Amerika Serikat, yang secara terbuka mendukung Israel, bisa menjadi blunder politik bagi Nasser.

Alhasil, Nasser berpaling ke musuh bebuyutan Amerika Serikat yaitu Uni Soviet yang langsung menyediakan dana, teknologi, dan para insinyurnya.

Proyek bendungan ini menciptakan sebuah persekutuan unik antara Mesir dan Uni Soviet.

Baca juga: Sedikitnya 100 Orang Tewas di Semenanjung Sinai

Di satu sisi mesir adalah sebuah negara Muslim sementara Uni Soviet adalah negeri komunis yang melarang semua bentuk agama dan ritualnya.

Meski demikian, Nasser berpikir pragmatis karena menurutnya Uni Soviet bisa memberikan apa yang dibutuhkan Mesir setelah Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (BRD) menarik dukungan finansialnya pasca-krisis 1956.

Sementara bagi Rusia, persekutuan dengan Mesir memberi negeri itu pjakan di Laut Tengah. Sebab armada Laut Hitam Soviet "terjebak" di Laut Hitam dan pergerakannya amat mudah diketahui Amerika.

Sehingga, Mesir memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi Uni Soviet itu.

Pada 1961, Nasser menasionalisasi sejumlah perusahaan sehingga pendapatan perusahaan-perusahaan itu bisa dirasakan lebih merata bagi rakyat Mesir.

Setahun kemudian, Nasser memutuskan untuk menjalankan sistem sosialis di negeri yang dipimpinnya itu.

Di masa kepemimpinannya pula bendungan Aswan selesai dibangun dan langsung mendapat perhatian luas dari dunia.

Selain itu pabrik pengolahan besi, baja, dan alumunium dibangun. Sederet pabrik pengolahan makanan dan otomotif juga berdiri.

Secara keseluruhan sebanyak 2.000 pabrik baru berdiri di masa pemerintahan Nasser.

Sayangnya, Nasser mendapat pukulan telak saat Mesir dan beberapa negara Arab sekutunya dikalahkan Israel dalam Perang Enam Hari 1967.

Kekalahan itu bagi Nasser amat menyakitkan karena dirinya tengah dianggap sebagai pemimpin dunia Arab  dan bangsa Arab amat mengharapkan kepemimpinan Mesir.

Malu akan kekalahannya, Nasser berniat mengundurkan diri dari jabatannya tetapi rakyat menolak niat itu dengan turun ke jalan pada Juni 1967 untuk memberi dukungan kepada sang presiden.

Urung mundur, Nasser kemudian semakin fokus untuk memperkuat militer Mesir yang tetap menjadi prioritasnya hingga dia wafat pada 28 September 1970.

Baca juga: Seorang Pria Berupaya Meledakkan Bom di Luar Kedubes AS di Mesir

Kematiannya ditangisi jutaan rakyat Mesir yang amat mencintainya. Kursi kepresidenan kemudian diisi Anwar Sadat yang sebelumnya menduduki jabatan wakil presiden.

Di bawah Sadat, Mesir kembali berhadapan dengan  Israel dalam Perang Yom Kippur sebelum akhirnya memutuskan berdamai dengan negeri Yahudi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com