Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Kompas.com - 07/05/2024, 06:00 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber CNN

DI tengah ancaman konflik dengan China, para pemimpin Taiwan mengumumkan perkembangan sistem satelit baru guna menjaga pulau tersebut tetap terkoneksi dengan jaringan internet ketika terjadi bencana. Wu Jong-Shinn, direktur jenderal Badan Antariksa Taiwan (TASA) mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara bahwa Taiwan kini sedang berada pada “tahap pengembangan eksperimental” dalam upaya membangun satelit komunikasi dalam negeri yang baru.

Wu mengaku bahwa sistem satelit yang sedang mereka kembangkan akan memiliki cara kerja yang serupa dengan sistem satelit Starlink milik Elon Musk dalam hal penyediaan akses internet. Meski begitu, Wu berkata sistem satelit yang mereka kembangkan memiliki skala jauh lebih kecil daripada Starlink.

Baca juga: Belajar dari Cara Taiwan Menghadapi Gempa Bumi

Starlink merupakan sebuah sistem satelit yang dioperasikan SpaceX milik Musk. Starlink menggunakan jaringan dari ribuan satelit untuk menyalurkan internet ke pengguna di seluruh dunia, bahkan di wilayah di mana koneksi konvensional belum tersedia sekalipun.

Di Ukraina, Starlink digunakan oleh militer Ukraina untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia, salah satunya seperti mengoperasikan pesawat tanpa awak (drone). Di Gaza, jaringan internet yang dihasilkan Starlink memungkinkan para staf rumah sakit untuk melakukan konsultasi medis melalui video secara real-time.

Mengapa Taiwan mengembangkan sistem satelit sendiri, bukan menggunakan Starlink saja?

Di Taiwan, Starlink justru tidak dapat diakses. Hal ini karena permintaan SpaceX untuk memiliki kepemilikan mayoritas atas usaha patungan tersebut tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Taiwan. Itu salah satu alasan mengapa Taiwan akhirnya memilih mengembangkan Starlink versinya sendiri.

“Satelit komunikasi sangat penting bagi ketahanan komunikasi kita selama masa-masa mendesak,” kata Wu.

Taiwan Memiliki Jaringan yang Rentan

Proyek pengembangan sistem satelit itu merupakan proyek yang sangat penting bagi mereka, dan salah satu alasannya adalah kerentanan jaringan.

Sampai detik ini, China masih mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan telah berulang kali mengancam akan merebutnya kembali, bahkan dengan kekerasan jika diperlukan. Tentu ini menjadi kekhawatiran besar bagi para petinggi Taiwan, apalagi jarak antara pantai tenggara China dengan Taiwan hanya sejauh 160 km saja.

Saat ini, jaringan Taiwan bergantung pada 15 kabel internet bawah laut yang menghubungkan Taiwan dengan seluruh dunia. Adapun kabel-kabel ini sangat rentan rusak. Tahun lalu, beberapa pulau terpencil di Taiwan terputus dari internet selama berminggu-minggu setelah dua kabel bawah laut yang menghubungkan pulau-pulau tersebut ke pulau utama Taiwan rusak oleh kapal yang melintas. Banyak yang menuduh China terlibat dalam insiden ini.

Walau belum diketahui pasti apakah benar China terlibat, insiden ini tetap jadi peringatan kepada para petinggi Taiwan terkait betapa rentannya kabel internet bawah laut mereka.

Para ahli dari Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional (INDSR) memperingatkan bahwa suatu saat nanti China dengan sengaja memutus kabel internet di sekitar Taiwan, maka hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya komunikasi reguler dan menyebabkan kepanikan di masyarakat. Di situasi seperti itulah sistem yang dapat menyediakan jaringan internet darurat akan sangat dibutuhkan.

Pihak Taiwan sebelumnya mengumumkan bahwa badan antariksa mereka akan mengembangkan dua satelit komunikasi, salah satunya akan diluncurkan tahun 2026. Setelah itu, badan antariksa Taiwan juga akan membantu perusahaan swasta meluncurkan empat  satelit tambahan. Meski begitu, para ahli berpendapat angka ini masih jauh dari cukup, apalagi jika tujuannya menyediakan akses internet cadangan tanpa gangguan.

Ahli astrofisika di Australian National University, Brad Tucker, memperkirakan Taiwan akan memerlukan setidaknya 50 satelit untuk menyediakan jaringan darurat yang layak. Menurut Tucker, lebih banyak akan lebih baik lagi.

Su Tzu-Yun dari INDSR mengatakan bahwa proyek ini tetaplah berarti meski terlihat tidak realistis.

Baca juga: Menimbang Peluang China Lakukan Blokade Militer ke Taiwan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com