Januari 1958, Mao mengeluarkan kebijakan "Lompatan Besar ke Depan" untuk meningkatkan produksi industri dan pertanian.
Program itu mengerahkan 75.000 orang untuk menggarap setiap sawah. Setiap keluarga mendapat keuntungan dan sebidang kecil tanah.
Mao berharap kebijakannya itu membuat China maju dalam beberapa puluh tahun. Awalnya, kebijakan itu terlihat menjanjikan.
Baca juga: Di Kongres Partai Komunis, Presiden China Berpidato Selama 3,5 Jam
Namun, tiga tahun banjir dan gagal panen mulai memberi kesulitan. Produksi pertanian tidak sesuai dengan ekspektasi, dan laporan produksi besi masif ternyata palsu.
Kelaparan mulai menjalar. Sepanjang 1959 hingga 1961, dilaporkan terdapat 40 juta orang tewas akibat kelaparan.
Akibat kegagalan "Lompatan Besar ke Depan", Mao mulai terpinggirkan pada 1962 dengan rivalnya mengambil alih tampuk kekuasaan.
Pada 1976, Mao mendapat tiga serangan jantung. Pertama terjadi di Maret, kedua pada Juli, dan terakhir 5 September.
Mao meninggal dunia dalam usia 82 tahun di 9 September 1976. Jenazahnya disemayamkan di Aula Besar Rakyat selama satu pekan.
17 September, jenazahnya dibawa menuju Rumah Sakit 305 di Maojiawan di mana organ dalamnya diawetkan menggunakan formalin.
Jenazah Mao kemudian dibaringkan di mausoleum di Beijing pada 18 September 1976.
Baca juga: China Cari Donor Sperma, Pendonor Diwajibkan Setia pada Partai Komunis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.