Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diperkosa dan Dipukuli, Derita Para Atlet Muda Korea Selatan

Kompas.com - 19/07/2018, 15:11 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

Sistem kamp latihan, yang juga digunakan negara-negara komunis seperti China, dianggap sebagai kunci sukses Korea Utara di kancah dunia.

Namun, sistem ini juga membuka peluang besar pelecehan seksual, terutama bagi para atlet di bawah umur yang benar-benar berada di bawah kendali para pelatih mereka.

"Pelatih adalah raja di dunia saya, dia mendikte kehidupan saya mulai dari latihan hingga kapan harus tidur dan makanan yang saya santap," papar Kim.

Kim melanjutkan, sang pelatih juga kerap memukulnya dengan dalih sebagai bagian dari latihannya.

Baca juga: Kasus Pelecehan Seksual, Pengumuman Pemenang Nobel Sastra Dibatalkan

Sang pelatih memang kemudian diberhentikan setelah sejumlah orangtua mengeluhkan perilakunya yang "mencurigakan".

Namun, dia hanya dipindahkan ke sekolah lain tanpa pernah menjalani penyidikan kriminal apapun.

Menutup mata

Banyak korban pelecehan seksual dipaksa untuk bungkam sebab berbicara di hadapan publik sama dengan mematikan mimpi mereka menjadi bintang.

"Ini adalah komunitas di mana mereka yang berani berbicara justru dinilai sebagai pengkhianat yang membawa aib bagi dunia olahraga," kata Chung Yong-chul, pakar psikologi olahraga di Universitas Sogang, Seoul.

Dalam sebuah jajak pendapat yang digelar Komite Olimpiade dan Olahraga Korea pada 2014 menunjukkan satu dari tujuh atlet perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di tahun sebelumnya.

Namun, 70 persen dari mereka yang menjadi korban pelecehan seksual tidak berusaha mencari bantuan dari pihak manapun.

"Orangtua para korban di bawah umur berhenti mengajukan tuntutan setelah para pejabat olahraga, biasanya teman pelaku pelecehan, mengatakan langkah itu bisa menghancurkanmasa depan anak-anak mereka," tambah Chung.

Di saat yang sama, organisasi olahraga berusaha menutupi masalah ini dengan memindahkan tersangka pelaku ke institusi baru.

"Asosiasi olahraga menutup mata selama para pelaku pelecehan seksual ini bisa memproduksi atlet-atlet terbaik dan perilaku mereka dianggap sebagai kesalahan kecil dan tidak signifikan dalam proses ini," tambah Chung.

Pada 2015, seorang mantan juara Olimpiade hanya dijatuhi hukuman denda setelah terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa atlet yang dilatihnya.

Salah satu korban pelecehan itu adalah seorang atlet perempuan berusia 11 tahun.

Bahkan para atlet papan atas juga mengalami hal yang sama.

Choi Min-suk, pelatih tim curling perempuan untuk Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi, mengundurkan diri setelah para atlet menuduhnya melakukan pelecehan seksual.

Namun, kemudian Choi dipekerjakan kembali untuk melatih tim lainnya.

Pelecehan yang dialami para atlet Korea Selatan ini tak hanya seksual tetapi juga fisik.

Awal tahun ini, Shim Suk-hee, peraih empat medali di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang menuduh sang pelatih kerap memukul dan menendangnya.

Baca juga: Korban Pelecehan Seksual di Chile Penuhi Undangan Paus Fransiskus

Alhasil, menurut Shim, dia harus absen berlatih selama satu bulan karena harus menjalani perawatan medis.

Cho Jae-beom, sang pelatih, kepada polisi mengakui, dia memukul Shim dan para atlet seluncur di kamp pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com