Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yahya Okla, Tukang Cat yang Terusir dari Suriah

Kompas.com - 06/01/2014, 21:50 WIB
ANKARA, KOMPAS. com - Yahya Okla memilin tasbihnya. Ia duduk di sebuah matras kecil di ruang tamunya, di dalam rumah susun yang ia tinggali bersama beberapa teman. Ia minum teh sambil mengingat kembali pengalamannya setahun belakangan ini.

“Di sini kami tidak pernah membicarakan perasaan kami, kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan apa yang kami rasakan,” ujar Yahya. “Rasa takut bagaikan sebuah keadaan fisik yang nyata.  Kami bisa merasakannya di dalam tubuh kami.”

Dengan pandangan kosong, Yahya menyalakan sebatang rokok. Kini, ia tidak lagi berada di Suriah, ia tinggal di wilayah selatan Turki. Di atas matras itu, pria berusia 48 tahun ini menceritakan bahaya yang dihadapi keluarganya beberapa bulan terakhir.

“Kami tidak bisa menghilangkan rasa takut ini, karena setiap kami mendengar bunyi pesawat terbang, pikiran kami kembali ke masa itu,” Yahya menuturkan. “Tidak mudah melupakannya.”

Krisis Suriah telah mengakibatkan 2,2 juta orang melarikan diri dari negara tersebut. Petugas Turki mencatat ada lebih dari 600.000 pengungsi. Sebagian besar pengungsi tinggal di kamp-kamp di sepanjang perbatasan.

Yahya tinggal sementara di Kahramanmara?, sebuah kota di Turki selatan di mana ia bekerja sebagai tukang bangunan. Keluarganya masih tinggal di kamp pengungsian di Kilis, sekitar 150 kilometer dari tempat tinggal Yahya saat ini.

“Situasinya jauh lebih baik di sini dibandingkan di Suriah,” katanya, menampakkan wajah sedikit lega. “Setidaknya, di sini aman, tidak ada serangan udara.”

Yahya telah meninggalkan suasana perang dan kehancuran, namun kini kenyataan hidup sebagai pengungsi mulai mewujud. Orang-orang di sekitarnya berbicara dalam bahasa yang tak ia kuasai, masa depannya tidak jelas.

Di “pengasingan” ini, Yahya menyimpan tasbih dan sepasang celana. Celana inilah yang ia kenakan ketika serangan udara menghancurkan daerah tempat tinggalnya saat ia sedang mengecat pintu rumah di pinggiran Aleppo, kota utama di Suriah bagian utara.

“Rumah itu hancur. Penghuninya mati,” Yahya mengingat. “Ketika mayat ditemukan, mereka bahkan tidak bisa menguburnya.”

Itu adalah awal perjalanan Yahya. Keluarganya membawa barang mereka melalui desa-desa di provinsi Aleppo hingga mencapai kamp transit yang menampung lebih dari 10.000 pengungsi di perbatasan antara Suriah dan Turki.

Kamp transit ini terletak tidak jauh dari salah satu rumah sakit yang dikelola Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas (MSF) di Suriah bagian utara. Namun, bahkan kamp-kamp pengungsi ini tidak dihormati dalam sebuah konflik di mana penduduk sipil kerap menjadi korban kekerasan.

“Sebuah peluru kendali mendarat tujuh meter dari tenda kami, namun untungnya tidak meledak,” kenang Yahya. “Anak-anak sangat ketakutan.”

Tidak perlu waktu lama untuk memutuskan bahwa ia harus lari dari Suriah. Namun bagi Yahya, kembali ke Suriah selalu menjadi impiannya saat ini.

“Mimpi saya bukanlah tinggal di Turki atau kamp pengungsian, melainkan tinggal di rumah saya sendiri, di negara saya sendiri,” ujarnya.

Lima bulan kemudian, Yahya meninggalkan tendanya dan kini tinggal di sebuah rumah susun kecil di bagian selatan Turki. Ia merasa jauh lebih aman, namun terus membicarakan tentang “mimpi”nya untuk pulang.

Dan, Yahya lebih senang menggunakan kata “mimpi”, ketimbang “rencana” karena semakin hari, pulang ke kampung halamannya di Aleppo, Suriah semakin tampak mustahil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com