Rumah sakitnya sudah sangat penuh dan tidak ada kasur sama sekali. Kakek Huang sedang mengalami demam tinggi dan sulit bernapas, namun hanya ada kursi ruang tunggu yang dapat ditempati.
Huang meminta kepada pihak rumah sakit dan staf untuk memberinya kursi panjang dan kasur lipat.
Namun, "tidak ada dokter maupun perawat saat itu," tulis Huang di dalam buku hariannya, "rumah sakit tanpa dokter seperti kuburan."
Malam sebelum kakeknya meninggal, Huang bersama kakek neneknya di koridor rumah sakit. Dia berusaha berbincang dengan sang nenek agar neneknya tidak tahu kalau suaminya sedang mengigau karena demam.
Baca juga: Korban Meninggal Virus Corona di China Per 18 Februari 2020 Capai 1.863 Orang
Kasur rumah sakit akhirnya datang tepat tiga jam sebelum sang kakek meninggal. Huang berada di sisi kakeknya sampai detik terakhir.
Huang menulis status di Weibo, "Kakek selamat jalan. Beristirahatlah dengan tenang. Tidak ada rasa sakit di surga."
"Banyak pasien meninggal tanpa ditemani keluarga mereka. Bahkan untuk sekedar menatap saja tidak bisa." Pungkas Huang.
Kini Huang menemani neneknya yang sedang kritis di rumah sakit. "Tidak ada obat yang efektif. Dokter bilang agar aku tidak banyak berharap. Nenek hanya bisa menggariskan takdirnya sendiri."
Pada 7 Februari, Xiao Huang akhirnya merasakan kondisi tubuh yang kurang baik. Dia mulai dikarantina selama dua pekan di hotel.
Kini, untuk mengurangi penyebaran virus corona, Otoritas Beijing meningkatkan peraturan di Provinsi Hubei, di mana ancaman virus corona tumbuh pesat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.