Salin Artikel

Kisah Pasien Virus Corona: Kakek Baru Dapat Kasur Rumah Sakit 3 Jam Sebelum Meninggal

Angka infeksi semakin meningkat, sementara fasilitas bangsal rumah sakit seperti kasur tidak mendukung. Hal itu membuat beberapa orang tidak mendapatkan perawatan dengan tepat.

Seorang warga Wuhan mengisahkan kepada BBC pekan lalu tentang pengalaman yang menyiksa ketika mereka berusaha mendapatkan perawatan medis untuk keluarga mereka.

Hal ini dikarenakan pihak medis kewalahan dengan pasien yang ada.

Selamat jalan kakek

Xiao Huang dibesarkan oleh kedua kakek nenek setelah orangtuanya meninggal pada saat dia masih kecil.

Yang dia inginkan hanyalah bisa membahagiakan kedua kakek neneknya yang berusia 80 tahun. Dia berharap kedua kakek neneknya bisa menikmati hari tua dengan nyaman.

Namun kurang dari waktu dua pekan, kakeknya meninggal karena virus corona. Neneknya pun dikabarkan dalam kondisi kritis.

Kakeknya sudah mengalami gejala gangguan pernapasan sejak 20 Januari. Namun mereka tidak bisa pergi ke rumah sakit sampai pada tanggal 26 Januari.

Sangat sulit bagi Huang untuk membawa kakek neneknya ke rumah sakit dengan kondisi transportasi publik yang tidak beroperasi.

Pada 29 Januari 2020, kakek dan nenek Huang dinyatakan positif terjangkit virus corona namun baru dapat dimasukkan ke rumah sakit tiga hari setelahnya.

Rumah sakitnya sudah sangat penuh dan tidak ada kasur sama sekali. Kakek Huang sedang mengalami demam tinggi dan sulit bernapas, namun hanya ada kursi ruang tunggu yang dapat ditempati.

Huang meminta kepada pihak rumah sakit dan staf untuk memberinya kursi panjang dan kasur lipat.

Namun, "tidak ada dokter maupun perawat saat itu," tulis Huang di dalam buku hariannya, "rumah sakit tanpa dokter seperti kuburan."

Malam sebelum kakeknya meninggal, Huang bersama kakek neneknya di koridor rumah sakit. Dia berusaha berbincang dengan sang nenek agar neneknya tidak tahu kalau suaminya sedang mengigau karena demam.

Kasur rumah sakit akhirnya datang tepat tiga jam sebelum sang kakek meninggal. Huang berada di sisi kakeknya sampai detik terakhir.

Huang menulis status di Weibo, "Kakek selamat jalan. Beristirahatlah dengan tenang. Tidak ada rasa sakit di surga."

"Banyak pasien meninggal tanpa ditemani keluarga mereka. Bahkan untuk sekedar menatap saja tidak bisa." Pungkas Huang.

Kini Huang menemani neneknya yang sedang kritis di rumah sakit. "Tidak ada obat yang efektif. Dokter bilang agar aku tidak banyak berharap. Nenek hanya bisa menggariskan takdirnya sendiri."

Pada 7 Februari, Xiao Huang akhirnya merasakan kondisi tubuh yang kurang baik. Dia mulai dikarantina selama dua pekan di hotel.

Kini, untuk mengurangi penyebaran virus corona, Otoritas Beijing meningkatkan peraturan di Provinsi Hubei, di mana ancaman virus corona tumbuh pesat.

Warga diminta untuk tetap berada di rumah, tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dalam keadaan darurat.

Dilansir dari BBC, pemerintah hanya mengizinkan satu orang dari tiap rumah untuk meninggalkan rumah mereka dalam satu dari tiga hari untuk membeli makanan dan produk lainnya.

Hanya ada satu pintu masuk yang ada di setiap gedung. Dan terdapat beberapa penjaga untuk gedung-gedung tersebut untuk memberikan izin masuk dan keluar.

Petugas farmasi, hotel dan toko serta layanan medis selalu buka di saat bisnis lainnya tutup. Pemerintah China juga melarang penggunaan mobil pribadi di sepanjang jalan yang ada di provinsi Hubei.

Kecuali kendaraan pengiriman yang membawa pesanan makanan dan barang belanjaan masih diperbolehkan beroperasi.

Dilaporkan dari New York Times, Beijing telah meminta setiap orang untuk pergi ke Ibukota dan mengarantina diri mereka sendiri selama 14 hari sebagai upaya pencegahan virus corona.

https://internasional.kompas.com/read/2020/02/18/11123161/kisah-pasien-virus-corona-kakek-baru-dapat-kasur-rumah-sakit-3-jam

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke