BEIJING, KOMPAS,com - Pejabat top China mengakui, negaranya mengalami "kekurangan" dan "tantangan" dalam memerangi virus corona yang membunuh lebih dari 400 orang.
Terdapat kasus 64 kasus kematian baru yang terjadi dalam 24 jam terakhir (3/2/2020), dan membuat korban meninggal mencapai 425 orang.
Korban meninggal di China itu melampaui 349 yang merupakan catatan kematian akibat wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003.
Baca juga: Penjara dan Denda Rp 1 Miliar Menanti bagi Penyebar Hoaks Virus Corona
Virus corona itu juga menyebar lebih dari 20 negara, dengan para pemimpin setempat memberlakukan aturan perjalanan yang ketat.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status darurat, dengan korban meninggal di luar Negeri "Panda" diumumkan di Filipina, di mana menimpa pria 44 tahun asal Wuhan.
Beijing pun menuduh AS menyebar kepanikan ketika mengumumkan status darurat di negaranya, dan melarang warga asing yang punya riwayat pergi ke China dalam 2 pekan terakhir untuk datang.
Komite Tetap Politbiro meminta adanya peningkatan sistem manajemen darurat nasional di tengah upaya memerangi virus, dilansir Xinhua.
Dikutip AFP Selasa (4/2/2020), mereka mengakui adanya "kekurangan dan tantangan" yang terungkap ke publik di tengah usaha pencegahan yang dilakukan.
"Sangat penting untuk memperkuat pengawasan pasar, menerapkan larangan, serta menindak pasar perdagangan hewan liar ilegal," ujar komite.
Baca juga: Unair Punya Alat Pendeteksi Virus Corona dengan Akurasi 99 Persen
Komite Politbiro juga menekankan kebutuhan mendesak alat-alat medis yang harus segera dicukupi. Seperti pakaian hazmat, masker operasi, dan goggle.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.