Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2020, 11:28 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEOUL, KOMPAS.com – Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Korea Selatan (Korsel) Harry Harris baru-baru ini memicu kemarahan rakyat setempat karena kumis.

Mantan perwira tinggi Angkatan Laut (AL) AS tersebut dinilai tidak menghormati Negeri "Ginseng". Bahkan, ada yang beranggapan dia telah melecehkan Korsel.

Ada apa sebenarnya dengan kumis Harris?

Dilaporkan The Guardian pekan lalu, netizen Korea Selatan menyebut kumis Harry Harris mengingatkan mereka akan penjajahan Jepang dari 1910 hingga 1945 silam.

Baca juga: Tentara Arab Saudi Pelaku Penembakan Pangkalan AL AS Mengeluh Diejek soal Kumis

Pada masa itu, para Gubernur Jenderal Jepang yang berkuasa di negara tetangga Korea Utara itu diketahui menumbuhkan kumis mereka.

Tak pelak, publik Korsel menuduh duta besar AS yang menjabat sejak 25 Juli 2018 tersebut tidak peka terhadap sejarah pahit kolonialisasi Jepang di Korea.

Pendudukan Jepang terhadap Korea selama 35 tahun identik dengan kebrutalan dan sikap tidak hormat Jepang terhadap Korea.

Yang membuat publik Korsel makin berang terhadap Harris adalah, pensiunan Laksamana tersebut diketahui berdarah Jepang.

Harris lahir dan besar di Yokosuka sebelum pindah ke AS. Ayahnya, Binkley Harris, adalah warga AS. Sementara sang ibu, Fumiko Ohno, merupakan warga Negeri "Sakura".

Surat kabar Korsel, Korea Times, mengkritik Harris yang disebut baru menumbuhkan kumisnya sejak diangkat di era pemerintahan Presiden Donald Trump.

Dubes AS berusia 63 tahun tersebut disebut tidak menumbuhkan kumis selama 40 tahun di angkatan laut, dari 1978 hingga 2018.

Kumis Harris adalah simbol tidak hormat AS terhadap Korsel. Harris lebih mirip dengan seorang Gubernur Jenderal dibandingkan seorang diplomat.” bunyi pernyataan surat kabar itu.

Merespons kemarahan rakyat Korsel, Harris menyatakan dia ingin membuat perbedaan selama menjadi tentara, dan ditugaskan sebagai diplomat.

Baca juga: Malnutrisi hingga Kumis Pa Joko, Inilah 7 Faktor Risiko Pneumonia

Dengan berkelakar, dia ingin supaya lebih tinggi namun tak memungkinkan. "Saya ingin lebih muda tetapi juga tidak mungkin. Namun, saya dapat menumbuhkan kumis, dan saya memutuskan melakukannya.” jelasnya.

Mantan Panglima Komando Pasifik AS itu menyebut pemberitaan terhadap kumisnya sesuatu yang konyol dan tidak relevan dengan jabatannya.

“Kumis saya menjadi bulan-bulanan. Saya percaya kritik ini muncul karena latar belakang etnis saya yang seorang Amerika berdarah Jepang.”

Harris melanjutkan tidak ada yang mengkritik pemimpin kemerdekaan Korea yang berkumis. Dia menegaskan tidak berencana mencukur kumisnya.

“Saya adalah saya, Kalian harus meyakinkan saya jika kumis ini berpotensi merusak hubungan diplomatik AS dan Korsel.” tukas Harris.

Baca juga: Kelakar M Prasetyo soal Kumisnya dan Kumis Penerusnya...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com