Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Tsar Nicholas II, Kaisar Terakhir Rusia

Kompas.com - 17/05/2019, 22:42 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Nicholas Alexandrovich Romanov, atau dikenal dengan Tsar Nicholas II, merupakan kaisar terakhir Rusia yang berkuasa pada 1 November 1894 hingga 15 Maret 1917.

Di bawah kepemimpinannya, Kekaisaran Rusia yang dikenal sebagai salah satu kekuatan dunia baik di bidang ekonomi maupun militer jatuh karena berbagai peristiwa.

Dia dikenal sebagai Nicholas Berdarah oleh musuh politiknya karena peristiwa Tragedi Khodynka, pembantaian pada kaum Yahudi, Bloody Sunday, hingga Perang Dunia.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Ivan yang Menakutkan, Tsar Pertama Rusia

Sejarawan Uni Soviet menyebut Nicholas sebagai pemimpin lemah yang segala keputusannya kerap mendatangkan kekalahan bagi militer serta kematian jutaan rakyat Rusia.

Diambil dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari tsar yang juga dijuluki sebagai Santo Nicholas Si Pembawa Gairah itu.

1. Masa Kecil
Nicholas lahir pada 18 Mei (kalender lama 6 Mei) 1868 di Istana Alexander, Saint Petersburg, dan merupakan putra sulung Kaisar Alexander III serta Ratu Maria Feodorovna.

Sang ayah memberikan pengaruh kuat kepada Nicholas di mana Alexander III membentuk nilai agama yang konservatif dan kepercayaan akan pemerintahan otokratis.

Saat kecil, Nicholas menerima pendidikan secara privat dari guru terbaik. Termasuk pejabat Rusia berkualitas saat itu bernama Konstantin Pobedonostsev.

Meski unggul di Sejarah dan bahasa asing, nyatanya sang pangeran kesulitan dengan politik serta ekonomi. Bahkan Alexander III gagal mengajarkan tentang urusan pemerintahan.

Pada 1881 ketika berusia 13 tahun, kakek Nicholas, Alexander II, dibunuh oleh pengebom revolusioner yang membuat ayahnya naik takhta sehingga dia menjadi putra mahkota.

Setelah berumur 19 tahun, dia bergabung dengan militer dan menghabiskan tiga tahun berdinas sebelum menambah masa tugas 10 bulan dalam tur di Asia dan Eropa.

Sangat berbakat di bidang militer, karir Nicholas II terbilang sangat cemerlang dengan terus mendapatkan promosi hingga mendapatkan pangkat Kolonel.

Meski seorang Putra Mahkota, dia jarang mengikuti kegiatan politik kecuali yang diadakan oleh dewan negara maupun pertemuan komite sebuah kementerian.

Baca juga: Dicuri saat PD II, Lukisan Tsar Rusia akan Dikembalikan ke Ukraina

2. Menjadi Tsar Rusia
Menteri Keuangan Rusia saat itu, Sergey Whitte, menyarankan kepada Tsar Alexander III supaya mulai mempersiapkan Nicholas sebagai calon penerusnya.

Alexander III kemudian berargumen bahwa putranya itu belum cukup dewasa untuk mendapatkan tanggung jawab serius, dan yakin kesehatannya masih cukup panjang.

Namun prediksinya keliru. Kesehatannya terus menurun dan pada musim gugur di 1894, dia terbaring lemah di ranjang dan memutuskan untuk memanggil Nicholas.

Dari ranjangnya, Alexander kemudian berpesan agar Nicholas mematuhi Whitte yang merupakan menteri kepercayaannya sebelum meninggal dalam usia 49 tahun pada 20 Oktober 1894.

Kematian sang ayah membuat Nicholas terguncang. Apalagi, ayahnya wafat ketika dia berusia 26 tahun dan masih belum matang dengan urusan pemerintahan.

Meski begitu, pada malam itu pendeta mengukuhkan Nicholas II sebagai Tsar Rusia dengan sang kekasih, Putri Alix of Hesse-Darmstadt, masuk ke Gereja Ortodox.

Baca juga: Yurovsky dan Medvedev-Kudrin, Dua Orang Pemimpin Pembunuh Tsar Nicholas II

Kepada sepupu sekaligus kakak iparnya Grand Duke Alexander, Nicholas mengaku dia tidak siap sama sekali mengemban jabatan sebagai penguasa Negeri "Beruang Merah".

"Aku tidak siap menjadi tsar. Aku tidak ingin. Aku tidak tahu sama sekali tentang mengelola negara. Apa yang bakal terjadi kepadaku dan rakyat Rusia?" tanya Nicholas saat itu.

Pada 26 Mei 1896, dia resmi dinobatkan sebagai Tsar Nicholas II. Saat perayaan penobatan di luar Moskwa, sebuah insiden terjadi di mana ribuan orang terinjak.

Insiden yang kemudian dikenal sebagai Tragedi Khodynka itu menewaskan 1.389 orang. Namun saat itu, Nicholas dan Alix yang menjadi Alexandra Feodorovna tak mengetahuinya.

Saat itu Nicholas sama sekali belum mengetahui dan baru mendapat pemberitahuan malamnya. Dia kemudian hendak berdoa bagi korban tewas di istananya.

Namun sang paman, Grand Duke Sergey Alexandrovich mendesaknya untuk menghadiri perayaan di Kedutaan Besar Perancis di Moskwa karena jika tak datang, dianggap tidak sopan.

Akhirnya Nicholas pun datang. Namun imbasnya, dia mulai tak disukai dengan rakyat Rusia menyebutnya sebagai pemimpin sembrono serta tidak peduli.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tsar Nicholas II dan Keluarganya Dieksekusi

3. Serangan Jepang
Kebijakan luar negeri yang utama bagi Nicholas di awal kekuasaannya adalah mempertahankan status quo Rusia di Eropa daripada mencoba menjajah daerah baru.

Namun pada 1890-an ketika ekonomi Rusia tengah bertumbuh pesat, mereka mulai mengembangka industri ke Timur Jauh dengan membangun jalur kereta Trans Siberia.

Pembangunan yang tujuannya menghubungkan Rusia dengan Pesisir Pasifik itu rupanya membuat Jepang merasa tak nyaman karena eksistensi mereka terancam.

Baca juga: 100 Tahun Berselang, Eksekusi Tsar Nicholas II Masih Sisakan Misteri

Puncaknya pada 8 Februari 1904, Kekaisaran Jepang mendeklarasikan perang dengan melakukan serangan mendadak terhadap Armada Timur Jauh yang bermarkas di Port Arthur.

Dengan Armada Timur terperangkap di Port Arthur, satu-satunya peluang Rusia adalah mengerahkan Armada Baltik Baltik yang jaraknya separuh Bumi.

Keputusan pun dibuat dengan memberangkatkan armada itu selama sembilan. Namun, Kerajaan Inggris tak mengizinkan Rusia melewati Kanal Suez karena London bersahabat dengan Jepang.

Akhirnya 1,5 tahun kemudian tepatnya pada 5 September 1905, Perjanjian Portsmouth pun ditandatangani di mana Rusia menyerahkan Guandong dan Jepang mengumumkan kemenangan.

Baca juga: Dokumen KGB Diyakini Ungkap Lokasi Harta Tsar Nicholas II

4. Peristiwa Bloody Sunday
Pada 5 Januari 1905, pendeta sekaligus pemimpin buruh Bapa Georgy Gapon memimpin demonstrasi damai dengan mendesak Nicholas II untuk meningkatkan taraf hidup.

Namun, aksi unjuk rasa itu malah dihadapi oleh pasukan bersenjata Rusia di Saint Petersburg pada 9 Januari dengan menembaki para pengunjuk rasa.

Insiden itu menewaskan sekitar 234 orang. Peristiwa tersebut membangkitkan amarah dari semua kalangan pekerja di seantero Rusia, termasuk juga petani.

Petani yang bersimpati dengan para pekerja kemudian memberikan perlawanan kepada pemerintah. Aksi kekerasan pun terjadi di seluruh negeri dan berujung kepada Revolusi 1905.

Meski meyakini dia merupakan pemimpin yang dipilih Tuhan, Nicholas terpaksa berkompromi dengan membentuk dewan pemerintahan yang kini dikenal sebagai Duma.

Meski sudah melakukan konsesi, Nicholas masih keras kepala untuk menentang segala bentuk reformasi. Termasuk yang disarankan oleh Menteri Dalam Negeri Peter Stolypin.

Baca juga: Tsar, Simau Super-langka yang Lahir di Rostov-on-Don Rusia

5. Perang Dunia I dan Pengunduran Diri
Pada 28 Juni 1914, Archduke Austria Franz Ferdinand dibunuh oleh ekstremis Bosnia-Serbia di Sarajevo. Insiden itu memunculkan sebuah konflik besar bernama Perang Dunia I.

Setelah melalui serangkaian tarik ulur politik, akhirnya pada 1 Agustus 1914 Jerman yang sudah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Sergey Sazonov mendeklarasikan perang terhadap Rusia.

Pernyataan itu kemudian ditanggapi oleh Kaisar Austria-Hongaria Franz Joseph I untuk melakukan mobilisasi umum guna memerangi Rusia pada 6 Agustus 1914.

Baca juga: Peringati Penobatan Kaisar Baru, Jepang Cetak Koin Emas Khusus

Pada awal perang, performa pasukan Rusia begitu buruk yang membuat Nicholas memutuskan untuk mengangkat dirinya sebagai Panglima Tertinggi supaya mengontrol militer secara penuh.

Pada akhir 1915 hingga Agustus 1917, Nicholas II lebih banyak menghabiskan waktu jauh dari Tsarskoe Selo yang berlokasi di Saint Petersburg.

Selama absennya Nicholas, Ratu Alexandra pun lebih banyak meminta nasihat dari Grigori Rasputin, seorang ahlu supranatural yang mengaku sebagai orang suci.

Pengaruh Rasputin pun lambat laun juga menjangkiti Nicholas II yang membuat para menterinya memutuskan mengundurkan diri, dan digantikan oleh orang kepercayaan Rasputin.

Perang itu memberikan hasil buruk dengan Rusia mengalami kekalahan. Dampak yang ditimbulkan sangat besar. Yakni kemiskinan serta inflasi yang tinggi.

Publik pun menyalahkan Nicholas karena keputusan militernya yang payah serta Ratu Alexandra karena nasihatnya yang tak berguna di pemerintahan.

Baca juga: Ini 8 Senjata Paling Mematikan dalam Perang Dunia I

Desas desus pun timbul karena Ratu Alexandra berasal dari Jerman, dia melakukan sabotase terhadap Rusia yang berujung pada kekalahan di Perang Dunia I.

Pada Februari 1917, kerusuhan pecah di Saint Petersburg. Nicholas yang saat itu bermarkas di Mogilev kemudian segera bergegas pulang ke Petrograd.

Namun saat itu Duma mencegahnya naik kereta. Setelah Duma membentuk pemerintahan sendiri untuk memadamkan kerusuhan, Nicholas pun tak punya pilihan selain turun takhta.

Pada 15 Maret 1917, dia mengumumkan pengunduran diri sebagai tsar. Dia dan seluruh keluarganya kemudian dibawa ke Pegunungan Ural di mana dia ditempatkan sebagai tahanan rumah.

6. Kematian
Pada musim gugur 1917, pemerintahan sementara yang dibentuk Duma kemudian digulingkan oleh kaum Bolshevik dan pada musim semi 1918, Rusia terlibat perang saudara.

Pada malam antara 16-17 Juli 1918, Nicholas II beserta seluruh keluarganya dieksekusi oleh kelompok Bolshevik yang saat itu dipimpin Vladimir Lenin.

Kematian Nicholas II dan keluarganya mengakhiri Dinasti Romanov yang berkuasa selama 300 tahun di Yekaterinburg. Jenazah mereka kemudian ditemukan pada 1979.

Saat itu, jenazah mereka ditemukan arkeolog amatir Alexander Avdonin. Januari 1998, penggalian pun dilakukan untuk mengangkat kerangka keluarga kerajaan dan para pembantunya dari jalanan kotor dekat Yekaterinburg.

Setelah dilaksanakan tes DNA, kerangka anggota Dinasti Romanov itu dibawa ke Katedral Santo Petrus dan Paulus, Saint Petersburg, pada 17 Juli 1998.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Wilhelm II, Kaisar Terakhir Jerman di Perang Dunia I

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com