Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tepat Sepekan Ledakan Bom Sri Lanka, Uskup Agung Minta Gereja Katolik Tak Gelar Ibadah

Kompas.com - 28/04/2019, 20:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

COLOMBO, KOMPAS.com - Tepat pada hari ini (28/4/2019), warga di Sri Lanka memperingati satu pekan gelombang ledakan bom yang menghantam negara Asia Selatan itu.

Sejak serangan mematikan yang terjadi saat perayaan Minggu Paskah (21/4/2019). Uskup Agung Colombo Kardinal Malcolm Ranjith meminta Gereja Katolik untuk tidak menggelar misa.

Diwartakan The Guardian, imbauan itu Ranjith sampaikan hingga aparat keamanan bisa memberikan jaminan kepada umat Katolik untuk beribadah ke gereja.

Baca juga: Pengebom Itu Sempat Memegang Kepala Cucu Saya Saat Masuk ke Gereja

Disiarkan di televisi, Kardinal Ranjith menggelar misa di hadapan para pemimpin Sri Lanka serta imam lain di sebuah kapel kecil dekat kediamannya di Colombo.

"Pada saat ini pertanyaan 'apakah Tuhan mencintai saya' atau 'apa Dia tidak mengasihi saya' muncul di hati kita setelah serangan pekan lalu," kata Ranjith dalam kotbahnya.

Mayoritas umat Katolik Sri Lanka merayakan misa di rumah masing-masing dengan menonton siaran Ranjith. Namun di Negombo, ada juga yang tetap datang ke gereja.

Seperti misalnya Channa Rejunjoyne yang bertugas menyalakan lilin di Gereja St Sebastian selama bertahun-tahun. Dia sudah menghadiri misa malam sebelum kejadian.

Namun, istri serta putrinya yang berusia sembilan tahun datang keesokan paginya. Mereka menjadi korban tewas ledakan bom bom bunuh diri yang dilakukan pelaku.

Dengan jempol berada di kantong celananya, pria berusia 49 tahun itu mengaku sangat menderita. "Sebab, saya harus menguburkan istri serta anak saya," terang dia.

Pastor memintanya untuk datang dan membantu membersihkan gereja pasca-ledakan bom. Jadi, dia mengiyakan. "Apalagi yang bisa saya lakukan? Tidak ada siapa pun di rumah," ucapnya.

Gereja St Sebastian memang menggelar misa. Namun terbatas hanya untuk kalangan imam serta biarawati dengan penjagaan ketat dari polisi serta pasukan Sri Lanka.

Tak jauh dari tempat pasukan berjaga, Lakshan Anthony bersandar di skuternya. Dia memandang gereja itu seraya mengenang momen ketika anaknya yang berusia tujuh tahun terbunuh dalam ledakan bom.

"Putra saya yang berusia dua tahun bersama ibunya. Siapa lagi yang bisa saya penuhi kebutuhannya sekarang," terang Anthony yang kehilangan satu matanya.

Baca juga: Inilah Ramesh Raju, Pahlawan yang Tewas Hentikan Pelaku Bom Bunuh Diri Sri Lanka

Kehilangan sebelah mata dan mengalami luka di tulang belakang, Anthony berkata pemerintah bakal menjajikannya biaya pengobatan. Namun, dia tidak akan mengemis kepada pemerintah.

Tepat di sebelah Anthony, Sebastian Fernando berlutut di sandalnya. Tangannya mengatupkan lilin merah kecil. Dia berdoa bagi para korban ledakan bom.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com