Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Mewahnya Perayaan Ardha Kumbh, Cara Narendra Modi Gaet Suara dari Allahabad

Kompas.com - 08/03/2019, 21:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Singkat cerita, sebuah tindakan cerdik dan klasik dari Perdana Menteri Narendra Modi untuk menggaet suara.

“Ini (Ardha Kumbh) adalah kebanggan Allahabad”, ujar si penjual camilan manis ini, sebelum mengakui bahwa acara tersebut telah dipolitisasi tahun ini.

Namun bagaimanapun juga, Shrikanth menambahkan, “Acaranya jauh lebih terorganisasi daripada sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pemerintah mengetahui prioritas mereka—itulah sebabnya kita semua akan memilih BJP.”

Keesokan paginya setelah saya berjalan berkeliling untuk melihat acara Kumbh, memang sulit untuk tidak setuju dengan Srikanth.

Di negara yang terkenal akan kepadatannya, ketersediaan toilet umum, aparat yang menjaga kerumunan orang, food court, pencahayaan yang luas, dan jembatan dari jerami yang memudahkan pejalan kaki, merupakan hal yang sangat jarang terjadi.

Namun dengan UP yang mewakili 80 kursi di Lok Sabha (atau Dewan Rakyat di Parlemen), baik kota Allahabad dan ritual Kumbh Mela menjadi sangat penting tahun ini. Apalagi daerah pemilihan Narendra Modi di kota suci Varanasi hanya 3 jam di timur dari daerah ini.

Dan memang, tidak ada partai politik yang dapat menguasai India tanpa menguasai UP. Pada 2014, BJP – diuntungkan karena koalisi oposisi yang terpecah – berhasil memenangkan 71 kursi di wilayah yang mayoritas berbahasa Hindi ini.

Namun pada 2019 hal yang sama tidak akan terulang kembali, terlepas dari keberhasilan Kumbh baru-baru ini. BJP akan bersaing sengit dengan koalisi Partai Bahujan Samaj (BSP)-Partai Samajwadi (SP) yang didukung oleh mantan Kepala Menteri UP Mayawati dan Akhilesh Yadav.

Pada Pemilu sebelumnya SP hanya memenangkan lima kursi dan BSP tidak mendapatkan apapun, walau kedua partai ini telah menguasai wilayah ini selama 15 tahun terakhir.

Kedua partai ini memiliki daya tarik tersendiri terhadap kelompok-kelompok yang berbeda. BSP memikat komunitas kasta Dalit dan SP memikat kasta menengah dan Muslim. Bila berhasil, mereka akan membentuk blok pemilih yang hampir tidak terkalahkan.

Tentu saja BJP dengan program infrastrukturnya tidak dapat disampingkan begitu saja. Berkat BJP, Allahabad telah bertransformasi. Sumber daya listrik tercukupi dan jalan-jalan layang didirikan, salah satunya saya lewati di pusat kota saat menuju Chowk, yang diselesaikan hanya dalam waktu kurang dari delapan bulan – sebuah prestasi langka di negara ini.

Mungkin ini alasan mengapa beberapa penduduk Allahabad tidak percaya bahwa BJP dapat dikalahkan. Untuk seseorang seperti Shrikanth, tidak ada alternatif lain selain BJP.

“Rahul Gandhi sangat tidak berpengalaman, dan yang lain hanya memedulikan kepentingan komunitas mereka sendiri, bukan untuk kebaikan semua orang India,” Shrikanth menyindir sambil menyusun camilan laddoo ke dalam sebuah kotak untuk pembeli.

Masuknya Priyanka Gandhi, yang dianggap oleh beberapa orang memiliki semangat yang serupa dengan neneknya, Indira, ke kampanye Kongres Nasional India (INC) ternyata tidak dapat mengubah keadaan politik ini.

Namun, Shrikanth mengakui keadaan bisnis di Chowk belum sepenuhnya pulih sejak diberlakukan kebijakan Pajak dan Layanan Barang (Goods and Trade Services/GST) dan demonetisasi mata uang INR500 dan INR1.000.

Ditambah lagi, acara Kumbh sendiri tidak mendatangkan banyak keuntungan bisnis ke kota berpopulasi 1,1 juta warga ini. Sebab kebanyakan pengunjung diarahkan ke area perkemahan besar di luar perbatasan Allahabad.

Jadi, apakah investasi pemerintah terhadap perayaan agung Hindu di negara sekuler konstitusional ini akan terbayarkan?

Dukungan dari kasta menengah, yaitu pemilih Baniya seperti Shrikanth tidak bisa dipungkiri. Apakah kelompok kasta lain akan mengikuti? Sebagai kota yang telah menghasilkan enam perdana menteri, perkembangan politik dan agenda Pemilu di Allahabad akan sangat menarik untuk diikuti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com