NEW DELHI, KOMPAS.com - Sebanyak 23 orang dilaporkan tewas dalam kerusuhan di India. Namun, demonstrasi UU Kewarganegaraan India itu tidak semuanya berakhir ricuh, karena ada juga yang berlangsung sunyi.
Sekitar 300 warga Delhi berkumpul di India Gate pada Selasa malam (25/2/2020) menyalakan lilin pertanda protes menolak kerusuhan yang merebak di India.
Seorang warga lokal bernama Dushyant mengaku, ia menghadiri perkumpulan ini untuk mengenang mereka yang tewas dan korban-korban yang dirawat di rumah sakit.
"Kami tidak akan lupa dari mana kebencian ini berasal. Kami juga tidak melupakan apa dampak kebencian ini pada negara," ucapnya dikutip dari The Wire.
Baca juga: Salah Eja Nama Sampai Klaim Jumlah Penonton, Ini Tiga Noda Trump di India
Dushyang juga menyebut kerusuhan ini didalangi negara. Dia meminta keadlilan ditegakkan bagi mereka yang kehilangan nyawa saat melakukan aksi.
"Hukum di Delhi berada di bawah pemerintah pusat. Dalam skenario terbaiknya, bisa saja hukum ini gagal mengadili atau memang dibuat sedemikian rupa demi persekongkolan," lanjutnya.
Kemudian seorang wanita yang enggan disebut namanya, mengatakan kepada The Wire bahwa dirinya mendengar orang-orang berkumpul untuk melakukan aksi protes sunyi, dan ia memutuskan untuk bergabung.
"Jadi aku bergabung, karena aku kecewa. Aku termasuk warga negara yang prihatin. Aku sudah melihat kerusuhan 1984, kerusuhan 2002 (di Gujarat), dan kali ini 2020. Ini seharusnya tidak terjadi," tuturnya.
Baca juga: Pengusaha Girang India Mau Beli Olahan CPO Indonesia
Sementara itu Vani Subramanian yang merupakan anggota grup wanita Saheli Trust mengatakan, ini adalah unjuk rasa paling damai untuk hukum yang sangat diskriminatif.
"Mereka sangat menginspirasi, sangat menawan, unjuk rasa paling damai untuk menentang hukum yang diskriminatif," katanya.
"Dan ketika kamu merasa masih bisa melanjutkan hidup dalam suasana politik yang memanas ini, ketika rakyat bisa bersuara, kami dengar banyak ujaran kebencian menyelimuti ibu kota negara sebelum dan sesudah pemilu di Delhi."
"Jadi sekarang kita melihat peristiwa ini dan polisi cuma melihatnya tanpa menolong. Lantas apa yang bisa dilakukan seorang rakyat biasa?" lanjutnya.
Baca juga: Tiga Orang Terbunuh dalam Kerusuhan Jelang Kunjungan Trump ke India
Para "demonstran sunyi" ini duduk di dekat barikade polisi yang menutup akses masuk ke monumen.
Inspektur Polisi Jagvir Singh mengungkapkan, sudah ada aturan di India untuk menutup pintu masuk ke India Gate mulai pukul 19.30 malam selama musim dingin.
Meski demikian sejumlah polisi tetap berjaga di lokasi kegiatan.
Lilin-lilin kemudian dinyalakan para peserta aksi untuk melangsungkan kegiatan, tepat di luar barikade polisi.
Baca juga: Di India, Trump Yakin Bakal Disambut Jutaan Orang
Kerusuhan di India terjadi karena pro-kontra masyarakat tentang UU Kewarganegaraan India.
UU ini dinilai merugikan umat Muslim karena memberi amnesti untuk imigran non-Muslim dari tiga negara tetangga yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Kerusuhan merebak mulai Minggu (23/2/2020) dan sampai hari ini (26/2/2020) telah menewaskan 23 orang, menurut laporan dari BBC.
Baca juga: Pria India Ini Sembah Trump sebagai Dewa dan Buatkan Patung Untuknya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.