2. Zimbabwe (2008)
Inflasi harian: 98 persen
Harga naik dua kali lipat setiap 25 jam.
Menyusul reformasi pertanahan yang kontroversial yang di dalamnya termasuk perampasan lahan milik petani kulit pitih pada 1990-an, Zimbabwe kemudian mengalami krisis hasil pertanian.
Situasi memburuk setelah negeri itu terlibat Perang Kongo pada 1998 dan dampak sanksi ekonomi dari AS dan Eropa terhadap pemerintahan Robert Mugabe.
Satu dekade kemudian dampak ekonominya mulai terasa. Pada 2008, level inflasi di Zimbabwe mencapai 79 juta persen per bulan.
Baca juga: Tak Berharga, Dollar Zimbabwe Segera Ditarik dari Peredaran
Akibatnya, harga barang pokok naik beberapa kali dalam sehari. Keruntuhan ekonomi membuat rakyat harus hidup dengan kurangnya pasokan air bersih dan listri.
Mereka juga harus antre di bank dan SPBU serta sebagian besar toko serba ada kekurangan bahan makanan.
Banyak warga Zimbabwe terpaksa membeli kebutuhan pokok di Afrika Selatan atau Botswana. Sementara dollar AS dan rand Afrika Selatan menjadi mata uang de facto negeri itu.
Pada 2009, Bank Zimbabwe membekukan mata uang negeri itu lalu menggunakan mata uang AS dan Afrika Selatan sebagai alat pembayaran yang sah.