Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Venezuela, Jerman hingga Yunani Juga Pernah Alami Hiperinflasi

Kompas.com - 24/09/2018, 13:20 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber BBC

3. Yugoslavia (1994)

Inflasi harian: 65 persen.

Harga naik dua kali lipat setiap 34 jam.

Yugoslavia adalah sebuah negeri yang dibentuk pasca-Perang Dunia I yang merupakan penggabungan dari Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Macedonia, Montenegro, Serbia, dan Slovenia.

Namun, krisis politik dan ekonomi pada 1980-an berujung para perang saudara dan perpecahan Yugoslavia pada 1992. Saat itu hanya Serbia dan Montenegro yang memutuskan masih bersatu.

Dihantam konflik yang mengakibatkan kehancuran ekonomi dalam negeri, pemerintah mulai mencetak uang untuk mengisi kas negara.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Udara NATO di Yugoslavia Berakhir

Pembiayaan publik yang tak terkendali, ketidakefisienan, korupsi, dan sanksi PBB pada 1992-1993 memperburuk masalah di Yugoslavia.

Pada awal 1994, harga barang-barang naik 313 ribu persen setiap bulan.

Warga bergegas menghabiskan uang mereka begitu mendapatkannya. Sebagian besar rakyat Serbia sampai harus berbelanja ke negeri tetangga, Hungaria.

Di tengah kondisi ini, pasar gelap merajalela dan mata uang mark Jerman dan dollar AS menjadi alat pembayaran paling populer.

Sebagai upaya untuk mengakhiri masalah eknonomi dan sanksi PBB, pemimpin Yugoslavi Slobodan Milosevic sepakat untuk menerbitkan mata uang baru yang didukung cadangan uang tunai dan emas milik negeri tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com