Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar Dunia Sepekan: Erdogan Ajak Jual Dollar hingga Mahathir Mohamad

Kompas.com - 18/08/2018, 09:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sepanjang pekan ini, ketegangan antara Turki dengan Amerika Serikat berkaitan penahanan seorang pendeta terus mewarnai pemberitaan dunia.

Antara lain ketika Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyerukan kepada rakyatnya untuk menjual dollar AS dan mata uang zona Eropa, euro.

Selain itu, Erdogan menyerukan jatuhnya mata uang Turki, lira, sebagai skenario politik licik yang membuatnya menyerukan boikot produk elektronik AS.

Selain itu dari Malaysia, Perdana Menteri Mahathir Mohamad membahas 100 hari pemerintahannya dengan menyebut banyaknya utang dari pemerintahan terdahulu.

Berikut merupakan berbagai kabar dunia sepanjang Minggu (12/8/2018) hingga Sabtu (18/8/2018) untuk menemani akhir pekan Anda.

1. Erdogan Ajak Rakyat Turki Jual Dollar dan Euro
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengajak rakyatnya agar menjual uang dollar AS dan euro mereka untuk ditukar dengan lira.

Langkah tersebut demi membantu mengangkat nilai mata uang negara tersebut yang merosot tajam setelah Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif impor baja dan aluminium atas Turki.

Seperti diketahui, mata uang Turki, lira, telah dalam kekhawatiran akan terus jatuh akibat kebijakan moneter Erdogan, serta hubungan dengan AS yang semakin buruk.

Berita selengkapnya klik tautan di sini.

2. Nilai Tukar Lira Anjlok, Jadi Kesempatan China "Mencaplok" Turki?
Kali terakhir masalah nilai tukar liar menimpa Turki adalah pada 2001, ketika negeri itu berpaling kepada IMF untuk meminjam uang dan menerima syarat penghematan yang amat ketat agar mendapatkan dana talangan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak akan meminta bantuan IMF. Dalam pidatonya akhir pekan lalu Erdogan mengatakan Turki sedang menjajaki kemungkinan dengan China, Rusia, dan Iran.

Bahkan, sebelumnya, Erdogan mengatakan, Turki akan menerbitkan surat utang "panda bond" di pasar keuangan lokal China. Pakar ekonomi menilai, rencana tersebut bisa amat menguntungkan China.

Berita selengkapnya klik tautan di sini.

3. Aksi Balasan, Erdogan Serukan Boikot Produk Elektronik AS
Seruan boikot oleh Presiden Erdogan merupakan aksi balasan atas kebijakan AS yang mengeluarkan sanksi kepada Turki.

Dalam pernyataannya di sebuah stasiun televisi, Erdogan meminta rakyat agar berhenti menggunakan produk dari "Negeri Paman Sam", terutama iPhone.

Seperti diketahui, keputusan Trump membuat mata uang Turki, lira, merosot hingga 16 persen dibanding dolar AS pada pekan lalu.

Berita selengkapnya klik tautan di sini.

4. Nilai Tukar Lira Anjlok, Turis Asing Borong Barang Mewah di Turki
Anjloknya nilai tukar mata uang lira terhadap dollar AS memukul daya beli penduduk Turki, tapi tidak bagi turis asing.

Kurs lira yang merosot mendorong mereka untuk mengunjungi negara itu pada puncak liburan musim panas.

Turis yang sebagian besar berasal dari Arab Saudi dan Asia rela mengantre di luar toko barang mewah seperti Louis Vuitton, Chanel, dan Prada, di Istanbul.

Berita selengkapnya klik tautan di sini.

5. Buaya Kehilangan Moncong Atasnya Akibat Berkelahi
Seekor buaya di kebun binatang Chennai, India, harus hidup tanpa moncong bagian atasnya akibat berkelahi dengan buaya lain dua tahun silam.

Staf kebun binatang Vandaloor, tempat buaya tersebut, pun sedikit kesulitan merawat luka terbuka pada bagian yang tersisa dari moncong buaya itu.

Butuh waktu hingga satu setengah bulan hingga luka tersebut mengering dan butuh lebih lama lagi hingga buaya itu dapat beradaptasi dengan kondisinya yang tanpa moncong atas.

Bagaimana nasib buaya itu saat ini, silakan cari tahu di sini.

6. Mahathir: Bunga Utang Pemerintahan Dahulu Saja Sudah Bikin Bangkrut
Pada Jumat (17/8/2018), Perdana Menteri Mahathir Mohamad tepat berkuasa selama 100 hari. Dia menyatakan, terdapat tantangan dalam pemerintahannya.

Salah satunya adalah utang pemerintahan dari Najib Razak yang disebutnya sudah mencapai triliunan ringgit.

Dia menyebut, membayar bunganya saja sudah membuat Malaysia bangkrut. Selain itu, terdapat kekeliruan lain yang bisa memakan waktu berhari-hari jika dibahas.

Untuk artikel lengkapnya, Anda bisa membacanya melalui tautan di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com