Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Lira Anjlok, Jadi Kesempatan China "Mencaplok" Turki?

Kompas.com - 13/08/2018, 16:33 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Asia Times

ANKARA, KOMPAS.com - Seperti halnya keruntuhan Kekalifahan Ottoman usai Perang Dunia I, krisis ekonomi yang kini menghantam Turki sudah diprediksi sejak lama.

Berbagai masalah kredit dan perbankan membuat Turki mengalami krisis ekonomi yang lebih panjang ketimbang yang seharusnya.

Meski demikian,  anjloknya nilai tukar lira belakangan ini tetap mengejutkan banyak kalangan.

Presiden Recep Tayyip Erdogan kemungkinan bisa saja menangani krisis ini. Namun, dia malah memutuskan "beradu kuat" dengan Presiden AS Donald Trump terkait penangkapan seorang pendeta asal AS.

Baca juga: Bursa Eropa Rontok Terdampak Krisis Mata Uang Turki

Hingga akhir pekan lalu, satu dolar AS setara dengan 6,5 lira Turki atau kurang dari sepertiga nilainya pada 2014.

Alhasil, perekonomian Turki menghadapi level inflasi ekstrem di saat harga-harga komoditas ekspor melonjak yang memicu meningkatnya biaya produksi yang tak terjangkau para pengusaha Turki.

Kemungkinan perekonomian Turki akan menyusut hingga 10-20 persen sebelum krisis berakhir dan Erdogan membutuhkan keajaiban untuk membalikkan keadaan.

Berbagai perusahaan Turki telah meminjam sekitar 300 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,3 triliun dalam mata uang asing.

Celakanya, para pengusaha Turki harus mengembalikan pinjaman mereka dalam lira yang nilainya terus merosot.

Apalagi, sebagian besar utang itu dibuat di saat nilai satu lira Turki setara dengan dua dolar AS. Sehingga, dengan nilai tukar saat ini, nilai utang Turki meningkat tiga kali lipat.

Sebagian pinjaman itu didanai sejumlah bank Turki yang meminjam dolar atau euro dari bank lain dalam skema pasar antar-bank jangka pendek dan meminjamkan uang itu kepada nasabah mereka.

Baca juga: Pasar Khawatir Efek Domino Turki, IHSG Sesi I Ditutup Anjlok 200 Poin

Jika bank-bank Turki tidak bisa mengatasi masalah ini, maka sistem perbankan negeri itu akan kolaps.

Namun, kemungkinan kolapsnya perbankan Turki tidak akan terjadi sebab bank BBVA Spanyol kini menjadi pemilik bank terbesar Turki, Garanti.

Halaman:
Sumber Asia Times
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com