Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Imigrasi Trump Bikin Orangtua dan Anak Terpisah

Kompas.com - 19/06/2018, 09:38 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan, negaranya tidak akan menjadi kamp bagi migran ilegal dan pengungsi.

Pemerintahan Trump menghadapi kritik keras akibat kebijakan imigrasinya yang memisahkan anak-anak migran gelap dari orangtua mereka.

Sementara, Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS menyatakan, tidak memiliki kebijakan yang memisahkan anggota keluarga. Kasus krisis migran menjadi sorotan publik, setelah penangkapan terhadap mereka ketika melintasi perbatasan terus terjadi.

Migran orangtua dijebloskan ke dalam penjara sehingga terpisah dari anak-anak mereka.

Baca juga: Trump: AS Tidak akan Pernah Jadi Kamp Para Migran

Lalu, bagaimana kebijakan imigrasi pemerintahan Trump membuat anak-anak migran terpisah dari orangtua?

Semua ini berawal dari meningkatnya jumlah migran ilegal yang masuk ke AS. Dari Maret hingga Mei tahun ini, lebih dari 50.000 orang per bulan ditangkap karena masuk ke perbatasan AS dari Meksiko.

Sekitar 15 persen migran yang menyeberang ke AS merupakan keluarga, dan 8 persen adalah anak-anak tanpa pengawasan orang dewasa.

Warga Meksiko bisa dikirim pulang ke negaranya, tapi jumlah migran yang melonjak dari Guatemala, Honduras, dan El Salvador, sulit untuk dideportasi.

Banyak atau bahkan hampir semua keluarga dan anak-anak yang tiba meminta suaka. Mereka khawatir dengan kekerasan di negaranya jika kembali pulang.

Baca juga: Melania Trump Ingin Krisis Migran di Perbatasan Meksiko Lekas Diakhiri

Sebelumnya, pencari suaka mendaftarkan kasus mereka dan kemudian dibebaskan kendati kasusnya masih dalam peninjauan.

Sekarang, ada sekitar 600.000 kasus yang sedang ditinjau, namun banyak yang tidak pernah muncul untuk audiensi. Para migran itu malah menghilang dan melebur dalam masyarakat AS.

Administrasi Trump menilai, pendekatan itu telah menjadi magnet bagi siapa pun yang ingin memasuki AS.

Pemisahan keluarga sebagai pencegahan

Sejak Oktober 2017 hingga April 2018, sekitar 700 anak dipisahkan dari orangtua mereka, dan ditahan selama berminggu-minggu atau dikirim ke pengasuh lain, sebelum akhirnya bersatu kembali.

Namun, upaya tersebut gagal mengurangi jumlah kedatangan migran.

Setelah Trump memerintahkan tindakan yang lebih keras, Jaksa Agung Jeff Sessions mengumumkan kebijakan "toleransi nol" pada 7 Mei 2018.

Dengan kebijakan itu, siapa saja yang secara ilegal melintasi perbatasan akan ditangkap dengan tuduhan kriminal. Bagi mereka yang datang dengan keluarga, anak-anak akan dipisahkan dari orangtua.

Baca juga: Ditolak Italia, Kapal Pengangkut Ratusan Migran Disambut Spanyol

Dalam lima pekan sejak pengumuman tersebut, lebih dari 2.300 anak diambil dari orangtua dan kerabat mereka.

Padahal, dibutuhkan beberapa hari atau pekan bagi orang dewasa untuk diadili. Sebagian besar migran mengaku bersalah dan ditahan.

Mereka kemudian dibebaskan ketika klaim suaka telah ditinjau, tetapi dengan tambahan catatan kriminal.

Nasib migran anak-anak

Setelah dipisahkan dari orangtua mereka, anak-anak diserahkan ke Pusat Penampungan Pengungsi (ORR) milik Kementerian Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.

Anak-anak yang berusia antara satu hingga 18 tahun, ditempatkan di pusat penampungan. Beberapa di antaranya tidur di atas tikar pada lantai beton yang dikelilingi pagar menyerupai kandang.

ORR mencatatkan, ada 12.000 anak migran ilegal di bawah pengawasan mereka. Sebanyak 10.000 di antaranya melintasi perbatasan tanpa keluarganya.

ORR berusaha untuk menempatkan kembali anak-anak dengan keluarga yang sudah berada di AS. Namun, proses itu dapat memakan waktu berbulan-bulan.

Pemerintah AS menyatakan, anak-anak dapat dipersatukan kembali dengan orangtua, meski seberapa cepat pelaksanaannya masih belum jelas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com