Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Malaysia, Pertarungan Dua Raksasa Politik Semenanjung Malaya

Kompas.com - 09/05/2018, 10:42 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber SCMP

Hasil survei yang sama menunjukkan kelompok Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir akan meraih 43,4 persen sedangkan partai berhaluan Islam, Parti Islam Se-Malaysia (PAS) mendapatkan 19,3 persen.

Lembaga survei ini juga menyebut BN akan mendapatkan setidaknya 100 kursi parlemen, sedangkan Pakatan memperoleh 83 kursi, dan 37 kursi sisanya masih berpotensi diperebutkan.

Pakar politik dari Universitas Malaya, Profesor Awang Azman Pawi, mengatakan, pemilihan umum kali ini diyakini sebagai pemilu paling kompetitif sepanjang sejarah negeri tersebut.

Sementara peneliti BowerGroup Asia yang berbasis di Kuala Lumpur, Asrul Hadi Abdullah, menegaskan, isu-isu ekonomi akan menjadi penentu dalam pemilihan umum kali ini.

Baca juga: Ikut Pemilu Lewat Pos, Warga Malaysia di Australia Harus Keluar Biaya

Meningkatnya biaya hidup, kekesalan terhadap besaran pajak, dan ketidakseimbangan anggaran pembangunan di berbagai negara bagian menjadi bahan utama kampanye tahun ini.

Mahathir menjanjikan penghapusan pajak barang dan layanan (GST) sebesar 6 persen yang banyak dikeluhkan warga. Jika menang, Mahathir akan menghapuskan pajak ini dalam 100 hari pertama pemerintahannya.

Namun, di sisi lain, pajak yang dikeluhkan ini menghasilkan 18,3 persen dari 60 miliar dolar AS pendapatan Malaysia.

Sementara Najib mengatakan, menerapkan GST adalah keputusan terberat yang dibuatnya selama memerintah Malaysia.

Dia mengatakan, pemberlakuan pajak GST pada 2015 dilakukan demi mencegah perekonomian negeri yang bergantung pada hasil migas ini mengalami resesi di saat harga minyak dunia jatuh.

Selain masalah-masalah ekonomi, pemilu kali ini menjadi ajang "duel" dua raksasa politik Malaysia, terutama saat Mahathir mengumumkan siap turun gunung dan kembali ke dunia politik.

Sebenarnya bukan kali ini saja Mahathir terlibat dalam politik setelah tak berkuasa.

Pada 2009, enam tahun setelah menyerahkan kekuasaan kepada PM Abdullah Badawi, Mahathir justru menjadi otak penggulingan Badawi yang disebutnya terlalu lunak untuk menjadi pemimpin nasional.

Badawi jatuh, datanglah Najib Razak, anak sulung PM kedua Malaysia Abdul Razak, yang juga menjadi salah satu mentor politik Mahathir pada 1970-an.

Kini, para analis berspekulasi terkait alasan utama Mahathir memutuskan kembali terjun ke dunia politik di masa senjanya. Namun, bagi Mahathir alasannya sudah amat jelas.

Baca juga: Pemilu Digelar Besok, Ini Harapan Warga Malaysia dari Berbagai Etnis

Bagi Mahathir, kembalinya dia ke dunia politik adalah untuk menumbangkan "si pencuri" Najib dari pucuk kekuasaan.

Bahkan, demi mendapatkan dukungan, Mahathir berdamai dengan Anwar Ibrahim, pemimpin oposisi yang kini dipenjara dan dikenal sebagai musuh bebuyutan sang mantan perdana menteri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com