Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Normalisasi Hubungan Saudi-Israel Bisa Berbahaya?

Kompas.com - 20/11/2017, 21:29 WIB

Tuntutan Saudi membuat posisi Presiden Abbas amat sulit, sebab rakyat Palestina dipastikan menolak kesepakatan Kushner.

Situasi ini mengingatkan ketika Yasser Arafat menghadapi dilema di Kamp David pada 2000. Saat itu Arafat menghadapi desakan AS untuk menerima tawaran PM Ehud Barak yang akan menarik tentara Israel dari sebagian Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Setelah meneken kesepakatan Kamp David, Arafat disingkirkan dan dua tahun kemudian dia meninggal dunia secara misterius.

Satu hal yang jelas adalah, Arab Saudi akan melanjutkan upaya normalisasi hubungan dengan Israel, dengan atau tanpa dukungan Abbas.

Baca juga: Arab Saudi Perintahkan Warganya Tinggalkan Lebanon

Cara Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menangani suksesi di dalam negeri dan eksalasi dengan Iran di luar negeri menggambarkan bahwa dia siap untuk mengambil sebuah langkah radikal.

Namun, langkahnya terhadap Israel kemungkinan besar tidak akan berjalan baik seperti langkah-langkah politiknya dan bahkan bisa jadi akan merugikan Arab Saudi.

Menuruti usulan Kushner berarti Arab Saudi akan melawan konsensus negara-negara Timur Tengah yang menolak normalisasi hubungan dengan Israel tanpa solusi yang adil bagi isu Palestina.

Arab Saudi kemungkinan mendapat dukungan dari UEA, Bahrain, Mesir, dan Jordania. Namun, tidak dari 57 negara berpenduduk mayoritas Muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Salah satunya adalah Kuwait yang di dalam negeri sudah menggelar berbagai aktivitas yang menentang normalisasi hubungan dengan Israel.

Jika MBS melanjutkan rencana ini, dia menciptakan risiko delegitimasi kepemimpinan Arab Saudi di dunia Islam.

Jika Arab Saudi menormalisasi hubungan dengan Israel, MBS akan memberi peluang bagi Iran untuk "bermain keras" terhadap Riyadh dalam upaya menjungkalkan peran penting Arab Saudi di dunia Islam.  

Disarikan dari tulisan Ibrahim Fraihat, pakar resolusi konflik internasional di Program Pascasarjana Institut Doha dan profesor tamu Universitas Georgetown di Qatar, di Al Jazeera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com