Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Normalisasi Hubungan Saudi-Israel Bisa Berbahaya?

Kompas.com - 20/11/2017, 21:29 WIB

Kerja sama Abbas amat penting bagi upaya normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel. Tanpa dukungan Palestina, langkah Saudi akan dianggap pengkhianatan oleh negara-negara Arab.

Meski tak banyak yang diungkap terkait kunjungan Abbas ke Riyadh, sejumlah laporan menyebut para pemimpin Saudi menekan Abbas untuk menerima tawaran Kushner atau mundur dari proses perdamaian.

Abbas berada dalam posisi yang sulit karena tekanan terhadapnya akan semakin tinggi saat rencana yang diusulkan Kushner dirilis dalam waktu dekat ini.

Abbas amat membutuhkan bantuan finansial Saudi dan AS agar Otorita Palestina yang dipimpinnya tetap bisa menjalankan fungsinya.

Baca juga: Raja Arab Saudi Akan Turun Takhta Pekan Depan?

Di sisi lain, usulan proses perdamaian yang disodorkan Kushner ini tak memberikan keadilan bagi proyek nasional Palestina.

Namun, kesepakatan ini memberikan keuntungan strategis bagi Israel, seperti mengakhiri boikot Arab Saudi. Sementara bagi Palestina, kesepakatan ini hanya memberi sedikit keuntungan, seperti bantuan keunagan, pembebasan tahanan, dan penghentian sebagian pembangunan permukiman Yahudi.

Kesepakatan Kushner ini secara praktis merupakan baian dari Rencana Perdamaian Arab 2002 yang menawarkan normalisasi hubungan asal Israel menarik pasukannya dari wilayah yang diduduki sejak 1967.

Dengan menekan Abbas untuk menerima kesepakatan ini, para pemimpin Saudi justru merusak inisiatifnya sendiri karena menerima normalisasi hubungan sebagian dengan Israel dengan kompensasi mendapatkan aliansi melawan Iran.

Lebih dari itu, rencana Saudi menormalisasi hubungan dengan Israel akan membuat rekonsiliasi internal Palestina semakin sulit.

Bertujuan untuk mengakhiri pengaruh Iran di Jalur Gaza, sekutu terdekat Saudi, yaitu Mesir, mensponsori atau memerintahkan rekonsiliasi Palestina yang menghasilkan penyerahan kekuasaan Hamas kepada Otorita Palestina.

Untuk menambah tekanan terhadap Abbas, Riyadh dikabarkan memanggil musuh bebuyutan Abbas, Mohammed Dahlan, pemimpin Fatah di Jalur Gaza.

Baca juga: Diduga Korupsi, Kekayaan Pangeran Arab Saudi Merosot Tajam

Tujuan undangan itu seharusnya adalah untuk mendiskusikan rekonsiliasi internal Fatah. Dengan kata lain, Arab Saudi mengundang Dahlan ke dalam permainan untuk antisipasi jika Abbas menolak kesepakatan Kushner.

Dalam sebuah langkah yang dianggap sebagai perlawanan terhadap tekanan Saudi, sejumlah pengamat di Tepi Barat dan Jalur Gaza mengatakan, saat kembali ke Ramallah, Abbas langsung menangkapi pendukung Dahlan.

Namun, beberapa hari kemudian Otorita Palestina mendapat pukulan ketika pada Minggu (19/11/2017)ketika pemerintah AS tidak memperpanjang izin kantor perwakilan PLO di Washington DC.

Halaman:
Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com