Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rudal Korut Melintasi Jepang, Apa yang Bisa Dilakukan Dunia Luar?

Kompas.com - 30/08/2017, 06:02 WIB

Tekanan ekonomi bisa berhasil, kan?

PBB dan sejumlah negara telah menjatuhkan sanksi terhadap Korut, menyasar program senjata dan kemampuan finansial mereka di luar negeri.

Sementara bantuan pangan ke Korut – yang mengandalkan sumbangan internasional untuk memberi makan rakyatnya – sudah menurun beberapa tahun terakhir karena meningkatnya ketegangan.

Namun, langkah-langkah itu toh tidak bisa menghambat kemampuan Korut terkait kemajuan kemampuan persenjataan militer mereka.

Baca: Korut Menguji Lagi Tiga Rudal Balistik, Semuanya Gagal

China dipandang sebagai negara yang paling mampu memaksakan sanksi ekonomi ke Korea Utara yang berdampak langsung. Para ahli menganggap, menjatuhkan saksi pada pihak-pihak perantara yang membuat ekonomi Korea Utara bisa bertahan- seperti bank-bank Cina - akan memberi dampak nyata, karena akan berbuntut pada saksi terkait impor minyak Pyongyang dari Cina.

Sebuah laporan Reuters  akhir Juni lalu (seperti dikutip BBC), dengan mengutip sumber yang dirahasiakan, mengatakan, prusahaan raksasa minyak negara China menghentikan ekspor ke Pyongyang, meskipun ia mengisyaratkan bahwa keputusan itu bersifat komersial dan bukan politis.

AS, sementara itu, telah menjatuhkan sanksi pada sejumlah perusahaan China, setelah sebelumnya menjatuhkan sanksi pada sebuah bank China yang dituduh melakukan pencucian uang Korut.

Tapi masalah utamanya adalah China tidak ingin mengambil langkah yang akan mengganggu kestabilan pemerintah di Korut dan berpotensi menimbulkan kekacauan di perbatasannya.

Jadi, John Nilsson-Wright mengatakan, China berusaha untuk memainkan peran sebagai broker yang baik, melobi AS untuk berbicara dengan Pyongyang.

Namun AS, Jepang dan Korsel menegaskan bahwa Korut harus menunjukkan kesediaan nyata untuk berkompromi jika perundingan menjadi pilihan.

Apakah ada pilihan militer?

Ini bukan pilihan yang bagus. Secara umum tindakan militer terhadap Korut diyakini akan menyebabkan korban militer dan sipil yang sangat besar.

Menemukan dan memusnahkan cadangan nuklir Korut akan sulit – para ahli menduga aset mereka ditanam jauh di bawah tanah.

Apalagi Korut memiliki persenjataan berat dengan berbagai rudal yang bisa menjangkau Seoul (dan sekitarnya), juga memiliki senjata kimia dan biologi, serta tentara berkekuatan sekitar satu juta orang.

Baca: Korut Tembakkan Empat Rudal Balistik, Tiga Rudal Jatuh di ZEE Jepang

"Risikonya adalah memprovokasi serangan balasan yang akan terlalu mahal risikonya bagi Korsel," kata Dr Nilsson-Wright.

Bagaimana dengan pembunuhan politik?

Di masa lalu Korsel telah berbicara terang-terangan tentang strategi “pemenggalan” – suatu  serangan yang tertuju pada upaya menyingkirkan Kim Jong Un dan kepemimpinannya.

Langkah ini bisa menjadi taktik untuk mencegah Korut melakukan provokasi lebih lanjut atau memaksanya kembali ke meja perundingan, kata Dr Nilsson-Wright.

Ada aggapan kuat di Seoul, katanya, bahwa satu-satunya cara agar Korut kembali ke meja perundingan adalah membuat pemerintah Kim Jong Un merasa sangat tidak aman sehingga merasa tidak memiliki pilihan lain.

Muncul juga pertanyaan besar seputar siapa yang mungkin mengisi kekosongan jika “pemenggalan” itu benar-benar dilangsungkan. Kaum elite memiliki kepentingan pribadi terkait kelangsungan pemerintahan Kim dan tidak ada oposisi politik.

Mungkinkah membuka Korut secara bertahap?

Banyak orang yang sempat menganggap bahwa cara untuk membawa Korut ke dalam ergaulan masyarakat internasional adalah membantu membuka negeri itu secara bertahap, melalui reformasi kecil di bidang ekonomi, dengan menggunakan model transformasi China pasca-kematian Mao Zedong

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com