Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rudal Korut Melintasi Jepang, Apa yang Bisa Dilakukan Dunia Luar?

Kompas.com - 30/08/2017, 06:02 WIB

KOMPAS.com - ADA rupa-rupa reaksi ketika Korea Utara (Korut) terus, dan semakin agresif, menguji peluru kendali (rudal) balistiknya.

Peluncuran terbaru, di mana rudalnya sampai melewati Hokkaido, Jepang, dan akhirnya pecah jadi tiga bagian dan jatuh di Samudera Pasifik, membuat Jepang, AS,dan Korsel berang.

“Bangsa yang brengsek” dan “ancaman langsung terbesar” adalah kata-kata yang muncul untuk mengecam rezim Korut yang kini dipimpin oleh pemuda bernama Kim Jong Un itu.

Susah menemukan kata-kata yang memuji Korut, kecuali kecaman dan kritikan. Pemerintah negeri itu dituduh menindas warganya secara brutal sambil memburu pengembangan senjata nuklir.

Tahun lalu Korut melakukan uji coba nuklir kelima, meluncurkan sejumlah rudal dan – diyakini  banyak pihak – telah membunuh saudara tiri pemimpinnya sendiri dengan menggunakan senjata kimia di Malaysia, melibatkan antara lain seorang perempuan Indonesia.

Baca: Korut Tembakkan Rudal Lewati Hokkaido, Warga Jepang Utara Panik

Bulan lalu, Korut melakukan pengujian pertama terhadap apa yang diklaim sebagai rudal balistik antar benua atau Intercontinental Ballistic Missiles (ICBM), sebuah langkah yang – jika dikukuhkan – meningkatkan ancaman terhadap musuh-musuhnya dan meningkatkan ketegangan internasional.

Peluncuran terbaru, dan terjauh yang dilakukan Korut dibandingkan yang pernah dilakukan, ialah Korut meluncurkan rudal yang melintasi wilayah udara Jepang.

Mengapa Korut terus menjadi masalah bagi dunia sebegitu rupa dan mengapa juga dunia tidak kunjung menemukan solusi untuk menghadapinya?

Sejarah keterpecahan

AS dan Soviet membagi Korea menjadi dua pada akhir Perang Dunia II. Pembicaraan reunifikasi gagal.  Pada 1948 muncul dua pemerintahan yang berbeda.

Perang Korea 1950-1953 memperparah perpecahan. Pemimpin pertama Korut adalah Kim Il Sung, seorang komunis yang meletakkan dasar sebuah negara dengan satu partai.

Ia adalah kakek pemimpin saat ini, Kim Jong Un, seorang penguasa yang masih muda dan paling agresif dalam menguji rudal-rudal balistiknya.

Korut masih merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Perekonomiannya dikendalikan secara terpusat, warganya tidak memiliki akses ke media luar dan – kecuali sejumlah orang – tidak ada kebebasan untuk ke luar negeri.

Baca: Rudal Balistik Antar-Benua Korut Bisa Jangkau Seluruh Daratan AS

Yang paling mencemaskan, Korut telah melakukan lima kali uji coba rudal nuklir dan berbagai uji coba yang menunjukkan kemajuan mereka untuk makin dekat pada tujuan utama untuk membangun rudal nuklir.

Apa yang terjadi dengan perundingan?

Sudah terjadi berbagai perundingan, terdiri dari beberapa putaran. Yang terbaru, melibatkan China, Korea Selatan (Korsel), Jepang, Rusia dan AS. Awalnya tampak menjanjikan.

Pyongyang awalnya setuju untuk menghentikan program nuklirnya sebagai imbalan atas konsesi bantuan dan politik.

Kesepakatan itu mencakup diledakkannya menara pendingin di fasilitas produksi plutonium di Yongbyon.

Tapi kemudian terjadi berbagai hal yang menggoyahkan kesepakatan itu. AS mengatakan Korut tidak mengungkapkan seluruh program nuklirnya.

Pyongyang membantahnya, namun kemudian melakukan uji coba nuklir. Jadi, sejak 2009, belum ada lagi diskusi yang berarti.

John Nilsson-Wright, peneliti senior untuk Asia Timur Laut di Chatham House, mengatakan, Korut dilihat dari berbagai provokasi baru-baru ini, saat ini tidak tertarik untuk melakukan prundingan.

"Ini karena Kim Jong Un bertekad untuk terus melakukan modernisasi militer, jadi secara rasional ia berkepentingan untuk menunda (perundingan)."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com