Obama mengatakan, perannya sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata mengalahkan klaim bahwa dia melanggar hukum dan menciptakan sebuah preseden berbahaya.
Dalam jumpa pers di Warsawa, Polandia, Obama mengatakan tidak menyesali keputusannya dan Gedung Putih juga sudah mengeluarkan sebuah pembelaan hukum baru atas keputusan kontroversial itu.
"Amerika Serikat akan selalu memiliki sebuah aturan sakral, yaitu tak akan pernah meninggalkan prajurit kami di medan perang," kata Obama.
"Kami melihat sebuah kesempatan, kami prihatin dengan kesehatan Sersan Bergdahl dan kami mengambil kesempatan itu," tambah Obama.
Bebasnya Sersan Bergdahl setelah lima tahun dalam sekapan Taliban, awalnya memunculkan eforia masyarakat AS. Namun, belakangan pembebasan ini memicu debat politik, setelah para politisi Partai Republik menyebut Obama sebagai pemimpin yang naif dan lemah sebagai panglima militer.
Hal lain yang paling disorot adalah kabar bahwa Bergdahl sebenarnya berusaha meninggalkan tugasnya di Afganistan lima tahun lalu.
Obama mengatakan dengan kondisi kesehatannya saat ini Bergdahl belum dapat ditanyai terkait penangkapannya oleh Taliban.
Namun, Obama menegaskan, meski misteri di balik hilangnya Bergdahl belum terungkap, kewajiban dasar Bergdahl sebagai seorang komandan unit tidak akan hilang.
"Kami berhasil memulangkan seorang prajurit AS yang menjadi tawanan. Titik. Kami tak mempersyaratkan apa-apa," lanjut Obama.