Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemakzulan Trump: Konsekuensi Seperti Apa yang Bisa Dihadapinya?

Kompas.com - 19/12/2019, 11:54 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Telegraph,BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Langkah bersejarah dilakukan DPR AS dengan menyetujui dua pasal pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump.

Dalam persidangan Rabu (18/12/2019), pasal Penyalahgunaan Kekuasaan dan Menghalangi Penyelidikan Kongres dibahas.

Hasilnya, dua pasal pemakzulan tersebut disetujui dengan 230-197 untuk penyalahgunaan kekuasaan, dan 229-198 untuk menghalangi penyelidikan Kongres.

Baca juga: Presiden Donald Trump Resmi Dimakzulkan di Level DPR AS

Setelah dari DPR AS, proses pemakzulan Trump bakal berlangsung di level Senat yang diagendakan bersidang pada Januari 2020.

Banyak kalangan berpandangan di Senat, sang presiden bisa lolos mengingat mayoritas dipegang oleh partainya, Republik.

Editor The Telegraph Ben Riley-Smith menulis jika berhasil lolos dari Senat, dia bisa menghadapi situasi tak pasti jelang Pilpres AS 2020.

Dalam tulisannya, Riley-Smith memaparkan belum pernah dalam sejarah seorang Presiden AS bisa menang lagi setelah pemakzulan.

Dia merujuk kepada presiden ke-17 AS, Andrew Johnson, yang sempat dimakzulkan oleh Kongres pada 1868 silam.

Semua berawal ketika Johnson yang merupakan politisi Demokrat tengah berupaya membangun kembali wilayah Selatan yang hancur selepas Perang Saudara.

Politisi dari "Radikal Republik" mendorong legislasi untuk menghukum petinggi Konfederasi, dan melindungi hak budak yang baru saja dibebaskan.

Namun, Johnson yang merupakan salah satu presiden termiskin AS menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan setiap upaya Republik.

Pada Maret 1868, Kongres mengesahkan UU Masa Jabatan yang membatasai kemampuan presiden memecat kabinetnya tanpa persetujuan dewan.

Dilansir BBC, Johnson membalas dengan membubarkan seluruh kabinetnya termasuk sang rival, Edwin Stanton, ketika Kongres tengah reses.

Keputusan untuk mendepak Stanton menjadi bumerang bagi Johnson, di mana Republik langsung merilis 11 pasal pemakzulan.

Baca juga: Trump Resmi Dimakzulkan, Ketua DPR AS: Hari yang Menyedihkan bagi Amerika

Pada akhirnya di level Senat, satu suara yang dibutuhkan untuk mencapai dua per tiga dukungan urung tercapai, dan dia pun selamat.

Namun impeachment itu memberi konsekuensei. Johnson yang sudah berjanji bakal memulihkan reputasi nyatanya gagal melakukannya.

Dia pun hanya bertahan selama satu periode, di mana di bulan terakhirnya dia disibukkan dengan perebutan kekuasaan.

Dan pada 1869, Demokrat harus kalah dari jagoan Republik, Jenderal Ulysses S Grant, yang segera menerapkan Rekonstruksi Radikal.

Meski begitu, Riley-Smith menuturkan ada kemungkinan tingkat dukungan terhadap Trump bisa meningkat berkat pemakzulan tersebut.

Riley-Smith berpatokan pada skandal tuduhan seks yang dilayangkan terhadap Presiden Bill Clinton 21 tahun silam.

Selepas menang di Senat yang dikuasai Republik, Polling CNN dan Gallup menunjukkan tingkat penerimaan publik terhadap Clinton di angka 67 persen.

Clinton mengakhiri periode keduanya dengan tingkat dukungan 65 persen, tertinggi di antara pendahulunya dalam 50 tahun terakhir.

"Dalam pandangan, sidang di Senat bakal menjadi momen sesungguhnya. Tapi, publik harus menunggu hingga 3 November 2020," tulis Riley-Smith.

Baca juga: Donald Trump Dimakzulkan DPR AS, Ini Dua Presiden AS yang Pernah Bernasib Sama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com