WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) AS James Mattis menuturkan, dia mengundurkan diri setelah Presiden Donald Trump membuat kebijakan soal Suriah.
Dalam wawancara televisi pertama sejak mundur pada Desember 2018, Mattis mengungkapkan dia terpaksa meletakkan jabatannya setelah Trump mengumumkan bakal menarik pasukan dari Suriah.
Baca juga: Penjabat Menhan AS Ingatkan Staf Pentagon Harus Netral dari Politik
Diwawancarai CBS seperti dikutip CNN Minggu (1/9/2019), James Mattis berencana untuk mengabdi di pemerintahan Trump selama empat tahun penuh.
Namun, kebijakan sang presiden untuk memulangkan pasukan dari Suriah membuatnya merasa sudah "tidak selaras", dan memutuskan mengundurkan diri.
Pensiunan Jenderal bintang empat dari Korps Marinir itu mengatakan, dia mempunyai dasar argumentasi kuat mengapa menentang penarikan pasukan AS.
Dia menekankan pentingnya mempertahankan pengaruh sebesar mungkin di Suriah. Sebab dia tidak melihat hasil bagi AS ketika memutuskan menarik serdadu dari Irak.
Mattis menjelaskan, memulangkan militer tak hanya mengganggu kampanye mereka dalam melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun juga mengkhianati sekutunya.
"Inilah pandangan saya soal kekuatan AS. Bagaimana kami tetap mempertahankan sekutu kami dengan kuat," ujar mantan menhan berusia 68 tahun tersebut.
Penekanan Mattis akan pentingnya membina hubungan dengan mitra sudah dia sebut dalam surat pengunduran dirinya, maupun bukunya yang akan terbit berjudul Call Sign Chaos: Learning to Lead.
Selama menjabat, Mattis dianggap sebagai pilar stabilitas di tengah kekacauan di Gedung Putih. Karena itu, keputusannya mengundurkan diri mengejutkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.