Negara yang kaya akan minyak, Libya pernah mengalami dua kali perang saudara. Pertama terjadi pada 2011 ketika penggulingan Muammar Gaddafi.
Sejak Gaddafi digulingkan dalam upaya yang didukung Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) itu, Libya mempunyai dua pemerintahan rival.
Satu adalah Dewan Perwakilan yang berbasis di Tobruk dan dipimpin oleh Haftar. Satunya adalah pemerintahan yang diakui internasional dan berbasis di Tripoli.
Baca juga: Direkrut Jadi Tentara, 500.000 Anak-anak Libya Terancam Bahaya
Kemudian pada 2014 hingga saat ini, Libya kembali diguncang konflik sipil. Kali ini memecah negara di Afrika Utara itu menjadi empat faksi.
Sementara itu, otoritas keagamaan tertinggi Libya meminta penduduk turun ke jalan dan menentang rencana Haftar merebut ibu kota.
"Penduduk Libya harus berdiri dan mencegah kejahatan terhadap kemanusiaan seperti di Derna dan Beghazi," kata Mufti Besar Sadiq al-Ghariani.
Haftar membantu Kolonel Gaddafi merebut kekuasaan pada 1969. Sempat mengasingkan diri ke AS pada 2011, dia kembali saat perang sipil pertama terjadi.
Haftar sempat bertemu Perdana Menteri Fayez Seraj yang didukung PBB. Namun dia menolak dan menjadi jenderal pemberontak.
Baca juga: Milisi Libya Jual Seorang Anggota ISIS Buronan Inggris Rp 15 Miliar
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan