BAGHOUZ, KOMPAS.com — Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melakukan serangan bom bunuh diri untuk mempertahankan benteng terakhir mereka di Baghouz.
Namun, kali ini sasaran mereka bukan hanya paramiliter Pasukan Demokrasi Suriah (SDF), melainkan juga keluarga dan anggota mereka.
Baca juga: Kabur dari Australia demi Gabung ISIS, Seorang Pengantin ISIS Kini Ingin Kembali Pulang
Pernyataan itu disampaikan oleh juru bicara SDF Mustafa Bali sebagaimana diwartakan Reuters via The Straits Times Jumat (15/3/2019).
Bali mengatakan, tiga pelaku yang mengenakan pakaian perempuan meledakkan diri di tiga titik pos penjagaan dari Baghouz ke teritori SDF.
Juru bicara SDF yang lain Jiaker Amed kepada AFP menjelaskan ada pelaku yang menyamar di antara kerumunan orang yang kabur sebelum meledakkan diri.
"Satu pelaku bom bunuh diri itu menewaskan setidaknya enam orang yang mencoba keluar," ujar Amed yang menambahkan, dua pelaku lain melakukan aksinya dekat SDF.
Beruntung, aksi pelaku bom bunuh diri ISIS itu hanya menimbulkan luka ringan terhadap tiga anggota. Tidak diketahui apakah si penyerang merupakan perempuan asli atau pria.
Bali menuturkan, para pelaku bom bunuh diri tersebut menyasar anggota beserta keluarganya dan simpatisan ISIS yang hendak menyerah.
Selain bom bunuh diri, anggota ISIS tersisa yang masih bertahan di Baghouz juga meledakkan bom mobil untuk menyulitkan pergerakan SDF.
Pada Jumat, Amed menjelaskan anggotanya tengah mengonsolidasikan diri untuk menghadapi gelombang lain pengungsi dari Baghouz.
Sejak operasi untuk mengalahkan ISIS dilanjutkan kembali pada 10 Maret lalu, lebih dari 4.000 anggota dan keluarga ISIS menyerah.
Lebih dari 61.000 memenuhi kamp pengungsian yang dikelola SDF sejak Desember lalu, dengan 10.000 di antaranya merupakan anggota ISIS.
Eksodus itu menimbulkan krisis kemanusiaan karena kebanyakan perempuan dan anak-anak berada dalam kondisi kehausan setelah melakukan perjalanan panjang.
Perancis menyatakan mereka telah memulangkan lima anak yatim piatu yang berusia di bawah lima tahun dari kamp pengungsian al-Hawl.
"Keputusan itu kami ambil setelah mempertimbangkan situasi anak-anak yang sangat rentan tersebut," ujar Kementerian Luar Negeri Perancis.
Baca juga: Malam Digempur Habis, Paginya 1.300 Anggota ISIS Keluar untuk Menyerah
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.