Christopher, dalang pertunjukan wayang ini, diimpor dari Paris, Perancis. Sang dalang fasih berbahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Maka, dalam lakon "Culik Dewi Sinta" yang berdurasi satu setengah jam itu, selain dialog dalam bahasa Perancis, Christopher dengan luwes mengumandangkan suluk seperti "bumi gonjang ganjing, langit kelap kelap" atau "haladialah" dan sejenisnya.
Penabuh gamelan, semua adalah anak didik Nicole Coppey. Pemegang kendali, adalah Timothee Coppey yang menabuh gendang.
Baca juga: KBRI Australia Gelar Wayang Kulit dalam Bahasa Inggris
"Tentu saja saya harus juga mengikuti apa yang dimainkan dalang. Bukan hal mudah, tapi dengan banyak latihan, akhirnya jalan juga,“ kata Timothee.
Meski hanya satu setengah jam, sedikitnya 100 penonton memenuhi gedung sekolah tempat pagelaran itu dihelat. Lebih dari seratus penonton, tambah Nicole, tak akan muat.
Ki Sri Joko Wiyono, pakar wayang kulit sekaligus diplomat PTRI Jenewa, menyambut baik upaya Nicole mengenalkan wayang kulit ke publik Sion.
Sebagai hiburan, imbuh Joko, pagelaran ini cukup berhasil. Ratusan penonton itu mengerti kisah yang dipaparkan dalam lakon "Culik Dewi Sinta".
Aksi dalang Christopher serta iringan gamelan Timothee, imbuh Joko, sudah mirip seperti pertunjukan wayang kulit di Jawa.
"Cuma memang bukan seperti pagelaran wayang kulit seperti aslinya. Paling tidak, dominannya bahasa asing, khususnya Perancis, menghilangkan ruh wayang kulit itu,“ kata Joko.
Baca juga: Sstt... Ada Wayang Kulit Kuno di Museum Taiwan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.