Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah, Vaksin Polio Pertama Diberikan ke Anak-anak

Kompas.com - 23/02/2019, 10:50 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Sumber History

KOMPAS.com - Polio merupakan penyakit yang bisa menimbulkan kelumpuhan. Tak hanya itu, penyakit ini bahkan banyak menyerang anak dan rentan terhadap kematian.

Sampai saat ini, belum ada obat yang cocok untuk mengobati penyakit polio. Namun, setidaknya polio bisa dicegah dengan menggunakan vaksin yang diberikan kepada anak ketika usianya masih dini.

Vaksinasi pada saat balita sangat membantu pencegahan polio pada masa depan, sebab polio akan menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa.

Pengobatan lebih difokuskan pada penguatan sistem imun secara alami agar tubuh mampu melawan infeksi, mendukung fungsi tubuh, dan pencegahan efek negatif jangka panjang.

Hari ini 65 tahun yang lalu, tepatnya pada 23 Februari 1954, suntikan vaksin polio untuk anak-anak kali pertama dilakukan di sebuah sekolah dasar di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat.

Penggunaan vaksin ini bertujuan mengurangi dampak yang ditimbulkan dari penyakit tersebut dan menjaga sistem imun mereka agar terjaga dari penyakit tersebut.

Dilansir dari History.com, vaksin polio ini kali pertama dikembangkan seorang oleh seorang ilmuwan AS bernama dr Jonas Salk yang merupakan Kepala Laboratorium Penelitian Virus di University of Pittsburgh.

Pada awalnya, Salk mengemukakan bahwa polio memiliki beberapa jenis dan mempunyai rencana untuk membuat vaksin agar bisa memerangi sumber polio tersebut.

Penemuan vaksin polio mampu mengurangi dampak polio bagi anak-anak dari resiko kematian.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Pasien Pertama Penerima Jantung Buatan Keluar RS

Penyakit lama

Seorang bocah mendapatkan imunisasi polio.Kompas/Bahana Patria Gupta Seorang bocah mendapatkan imunisasi polio.
Selama berabad-abad virus polio jadi ancaman serius di banyak negara. Namun, penyakit itu pertama diidentifikasi baru pada 1789.

Saat itu, dokter Inggris, Michael Underwood, menyebut polio sebagai "a debility of the lower extremities", penyakit yang menyebabkan kelemahan pada kaki.

Lalu, dokter Jakob Heine (1840) dan Karl Oskar (1890) mencatat sejumlah gejala polio yang banyak menyerang anak-anak. Sejak era itu, penyakit ini menjadi momok bagi dunia.

Seorang dokter dan ilmuwan berlomba-lomba untuk menemukan formula dalam mencegah penyakit ini, namun belum ada yang pas dan cocok ketika diterapkan pada penderita. Bahkan, penyakit ini meningkat pesat pada paruh pertama abad ke-20 di dunia Barat.

Pada 1912, Franklin Delano Roosevelt yang saat itu masih menjadi politisi muda terkena penyakit ini. Tentunya menjadi berita yang menggegerkan perpolitikan AS ketika itu.

Penyakit ini menyebar dengan cepat dan bisa menyebabkan kaki penderita lumpuh.

Dilansir dari polio.org, polio penyakit menakutkan di negara industri menyebabkan ribuan anak lumpuh setiap tahun.

Wabah polio menjadi pandemi di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru. Di AS, pada 1952, epidemi polio terburuk ditandai hampir 58.000 kasus, 3.145 pasien meninggal dan 21.269 pasien cacat.

Akhirnya, resolusi muncul ketika dr Jonas Salk mulai bereksperimen dengan mengembangkan dan menumbuhkan sampel virus polio, kemudian menonaktifkan virus dengan menambahkan bahan kimia formalin.

Baca juga: Nellie Jay, Sapi Pertama yang Terbang dan Diperah di Angkasa

Uji coba perdana

Jonas SalkThe New York Times Jonas Salk

Meskipun tidak separah wabah atau influenza, poliomielitis adalah penyakit yang sangat menular dan menjadi wabah menakutkan. Sebelum penemuan Salk, tampaknya penyakit itu tidak mungkin dihentikan.

Polio menyerang sel-sel saraf dan kadang-kadang sistem saraf pusat. Penyakit itu menyebabkan kerusakan otot, kelumpuhan, bahkan kematian.

Vaksin yang dikembangkan Salk akhirnya diuji coba pada anak-anak dan hasilnya sungguh luar biasa. Dengan mendapatkan bantuan dari Pemerintah AS, vaksin ini bisa menjadi solusi untuk melawan polio.

Setelah uji coba pada 1954, semua orang mengagumi vaksin yang memiliki tingkat keberhasilan 60 persen hingga 70 persen.

Kinerja vaksin terus ditingkatkan, standar produksi ditingkatkan dan pada Agustus 1955 sekitar 4 juta suntikan anti-polio telah diberikan.

Kasus polio di AS turun dari 14.647 pada 1955 menjadi 5.894 pada 1956. Kemudian, pada 1959 sekitar 90 negara lain menggunakan vaksin Salk.

Perkembangan

Vaksin polio selanjutnya dikembangkan oleh Albert Sabin, menggunakan bentuk virus hidup yang dilemahkan dan kemudian diberikan dengan cara ditelan.

Vaksin ini mendapat lisensi pada 1962 dan menjadi lebih populer dari vaksin Salk karena lebih murah untuk dibuat dan lebih mudah diterapkan.

Seiring berjalannya waktu, vaksin mengalami perkembangan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan PBB juga telah mencanangkan programnya untuk memerangi penyakit ini.

Selain itu, guna memerangi polio, setiap 24 Oktober dirayakan sebagai Hari Polio Sedunia. Peringatan ini sedianya dilakukan untuk mengenang kelahiran Jonas Salk, orang pertama yang memimpin tim pembuatan vaksin melawan penyakit polio.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menyatakan, virus polio liar tak ditemukan lagi sejak 1995. Untuk meyakinkan itu, digelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) pada 1995, 1996, dan 1997. Bahkan, di sebagian wilayah, PIN diulang pada 2000, 2001, dan 2002.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com