Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2018: Ajal Khashoggi Pengaruhi Kebijakan Saudi

Kompas.com - 31/12/2018, 19:08 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Negara lain ambil sikap

Menanggapi kasus Khashoggi, sejumlah negara seakan kompak untuk menangguhkan kesepakatan terhadap Saudi.

Seperti Jerman misalnya, yang berniat untuk menunda penjualan senjata ke Saudi karena menginginkan adanya klarifikasi atas pembunuhan sang jurnalis.

Pemerintah Denmark dan Finlandia juga melakukan hal yang sama, menangguhkan penjualan senjata ke Saudi.
'
Selain itu, pemerintah AS juga telah menjatuhkan sanksi terhadap warga Saudi yang menjadi tersangka dalam kasus Khashoggi.

Baca juga: Sebelum Dibunuh, Khashoggi Ditawari Minum Secangkir Teh

Lalu, bagaimana Kanada yang sebelumnya terlibat perseturuan dengan Saudi karena menyerukan pembebasan sejumlah aktivis?

Hingga kini, negara pimpinan Justin Trudeau sedang mencari cara untuk bisa membatalkan kesepakatan ekspor senjata ke Saudi.

Pertanyaan selanjutnya terkait hubungan antara kematian Khashoggi dan masa depan MBS di kerajaan, apakah dia bisa dilengserkan dari takhta?

Tak ada seorang pun yang bisa memprediksinya.

Kini, dia justru sedang mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah bagi investor asing dan memamerkan Visi 2030.

Namun masalah bagi Saudi adalah, Turki mengklaim punya bukti pembunuhan Khashoggi dan dengan senang hati membagikannya kepada para sekutu.

Meski membuat beberapa negara memutuskan tidak menjual senjata ke Saudi, penyelidikan Turki tidak akan menghentikan kemitraan AS dan mitra strategis Saudi lainnya dalam level diplomatik, begitu pula dengan perusahaan swasta.

CNN mencatat, investasi dari perusahaan itu sangat dibutuhkan MBS jika proyek Visi 2030 terus berjalan.

Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (kiri) berbicara dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz di Istana Diriya di Riyadh selama KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), Minggu (9/12/2018). (AFP/SPA/Bandar Al-Jaloud) Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (kiri) berbicara dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz di Istana Diriya di Riyadh selama KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), Minggu (9/12/2018). (AFP/SPA/Bandar Al-Jaloud)

Dampak pembunuhan

Dampak dari pembunuhan Khashoggi secara luas dipandang sebagai krisis diplomatik terburuk kerajaan Saudi sejak serangan teroris 11 September 2001 di AS.

"Anda tidak dapat menghilangkan keterkaitan Khashoggi dari perkembangan apa pun, meski perombakan pemerintah merupakan kebiasaan tiap empat tahun sekali," ujar Mohammed Alyahya, senior di Gulf Research Centre.

Pendapatnya itu disampaikan untuk menanggapi "reshuffle" kabinet pemerintahan Saudi, di mana Assaf ditunjuk sebagai menlu.

"Ada upaya untuk menyeimbangkan langkah cepat reformasi dengan memperkuat prosedur dan institusi pemerintah," imbuhnya.

Perombakan dilakukan usai Saudi mengumumkan pembentukan badan pemerintah untuk meningkatkan pengawasan operasi intelijennya usai pembunuhan Khashoggi.

Baca juga: Rencana Trump Tarik Pasukan di Suriah Diduga karena Faktor Khashoggi

Perombakan pemerintahan Saudi disebut tidak akan melemahkan sang putra mahkota.

"Perombakan ini tidak melemahkan pangeran mahkota, yang berarti mereka di Kongres AS, yang ingin mengurangi perannya (MBS) akan memiliki argumen bahwa tindakan lebih lanjut masih harus diambil," kata Ryan Bohl, dari think tank geopolitik AS Stratfor.

Khashoggi hanya ingin mengurus rencana pernikahan dengan tunangannya saat berkunjung ke konsulat di Istanbul. Namun sejak masuk ke gedung tersebut, dia tidak pernah muncul kembali.

Otoritas kerajaan menyebut sang jurnalis dibunuh dalam "operasi jahat" yang dipimpin agen Saudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com