Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Rusia Berperang Melawan Ukraina, Siapa Bakal Unggul?

Kompas.com - 26/11/2018, 16:22 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Selain itu, selama beberapa tahun terakhir jumlah personel militer Ukraina menyusut dari 245.000 orang menjadi hanya 184.000 orang yang 60 persennya adalah wajib militer.

Kesulitan bertambah bagi Ukraina, karena penduduk di wilayah timur negeri itu adalah populasi yang berbahasa Rusia.

Sehingga ini menjadi hambatan tersendiri dan seperti telah disinggung di atas, wilayah timur ini sekarang justru memberontak melawan Kiev.

Baca juga: Sanksi Negara Barat Berefek ke Anggaran Militer Rusia

Meski demikian, ada dua faktor yang membuat militer Ukraina solid.

Pertama adalah meningkatnya rasa nasionalisme yang diciptakan kemungkinan invasi pasukan asing ke negeri itu.

Kedua, semakin meningkatnya kebanggan terhadap identitas diri sebagai militer Ukraina.

"Militer Ukraina sudah mulai bergeser dari akar Uni Soviet-nya. Mereka kini memiliki jiwa korsa yang kuat dan budaya kuat untuk melayani negara," ujar Galeotti.

Lalu, jika perang benar-benar pecah strategi apa yang akan digunakan RAusia? Moskwa bisa saja melakukan invasi besar-besaran seperti yang dilakukan ke Cekoslovakia pada 1968.

Atau, Rusia bisa mengulang taktik gemilangnya di Rusia yaitu mendorong apa yang disebut "pasukan bela diri" merebut wilayah sambil memasukkan pasukan yang tak teridentifikasi di antara mereka.

Langton mengatakan, invasi skala besar akan memicu perang antar-negara yang berbiaya terlalu mahal bagi Moskwa.

"Meski di atas kertas kedua pasukan tak seimbang dalam hal kemampuan, jika Rusia memilih invasi besar maka pertempuran terjadi di wilayah Ukraina," papar Langton.

"Kemungkinan bakal terjadi perang yang amat berdarah yang tak bisa diterima sebagian warga Rusia," lanjut dia.

Tak hanya itu, tambah Langton, Rusia juga kemungkinan bakal menghadapi perang gerilya yang amat merepotkan.

"Tentu saya pihak yang bertahan lebih mampu mengendalikan wilayah mereka sendiri," kata Langton.

Selain itu biaya perang yang besar dengan model invasi langsung membuat Moskwa akan memilih langkah yang lebih senyap.

Rusia akan fokus mengendalikan beberapa wilayah, khususnya daerah dengan penduduk berbahasa Rusia di wilayah timur Ukraina.

Strategi kedua ini agaknya cocok dengan situasi saat ini di wilayah timur Ukraina yang masih dikoyak pemberontakan.

Sehingga menghadapi kondisi semacam ini, Ukraina akan berada dalam posisi amat lemah untuk mempertahankan wilayahnya.

Baca juga: Bulan Depan, Rusia Gelar Latihan Perang Bersama China dan Mongolia

Kesimpulannya, dalam skenario apapun Ukraina akan kesulitan menghadapi serangan Rusia.

Kecuali jika Ukraina bisa memainkan kartu terakhirnya yaitu menyeret NATO dalam konflik terbuka dengan Rusia.

Jika NATO terlibat maka bisa jadi arah perang bisa berbalik dan justru menghantam Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com